"Hai Bintang. Lama, ya?" tanyanya. Padahal Noval sengaja berlambat-lambat agar jika ditolak, ia tak perlu berlama-lama menunggu Bintang berangkat.
"Nggak kok," jawab Bintang dengan wajah berseri-seri.
"Jadi?" Noval bertanya langsung.
Bintang diam sejenak. Ia menatap sepatu ketsnya. Noval memperhatikan Bintang. Ia melirik tangan Bintang, namun kedua telapak tangannya berada di saku jaket. Ia tak mampu menebak. Sekilas, dari balik bahu Bintang, ia melihat seorang perempuaan setengah baya yang menatap mereka dengan gelisah. Noval kembali menatap Bintang.
Perlahan, Bintang mengeluarkan telapak tangannya dan memperlihatkannya pada Noval. Tak ada cincin disana. Noval tertunduk lesu.
"Oke, gue ngerti." ujar Noval.
"Val..." Bintang bersuara.
Noval menatap Bintang. Ternyata hari ini ia mengantar Bintang untuk pergi darinya. Ingin sekali ia melangkah kaki dari sana. Tapi ia masih berdiri kaku di tempatnya dan memperhatikan Bintang mengeluarkan kotak biru dari sakunya.
"Gue maunya lo yang pakein ke jari gue, Val." ujar Bintang sambil menyodorkan kotak tersebut pada Noval.
Hujan dan Teduh - Wulan Dewatra
Astaga :"0
BalasHapus