another blogger

Minggu, 18 Desember 2016

I'm in phase where denying everything is comforting me
Yet I'm curious about something, but afraid to know, even asking.
Stupid me.
I should be grateful and appreciate people who stay with me.. and I just realized it when they're gone..
Kita sama-sama tahu,
Bahwa kita sama-sama ragu..
Tapi,
ada-ada saja yang membuatku yakin lagi padamu..

*Sama-sama Tahu - HiVi*
"Katanya, kalau ombak besar, jangan pergi melaut..
Tapi kalau tidak begitu, siapa yang bisa melihat indahnya daratan lain?
Itulah resiko yang kita terima, terombang ambing di tengah laut, terjebak diantara hujan badai, tersesat luas samudra, lelah berusaha, hingga rasanya ingin disudahi saja..
Tapi, bukan caranya dengan terjun ke lautan. Mengakhiri nyawamu..
Cobalah percaya pada peta yang sudah tak kau percaya..
Cobalah berteman kembali dengan kompas yang membawamu kesana..
Cobalah mengarungi kejamnya lautan, bersama..
Karena aku (masih) percaya, ketika sabar, dan tetap berusaha, daratan baru dengan pelangi indah akan selalu menunggu disana..."

It's the matter of trust in the end, believe me, no matter how hard I'm trying to hold, but there's nothing to believe anymore, will lead to disappointment..

Sailing the ship needs two combination of the navigator and his compass&map, what will be happened if one of these doesn't believe in each other?

It's pain when you know the whole world doubting you, while you're struggling after all this time.. Is it that easy to say that you're giving up? After all the storms, after all the sunny day, after all ups and downs we've been through together? :")

I can't sail this big ship alone..
Need my map and compass, which trust me, believe that we can make it.. together

*Ketika listrik di rumahmu korslet, solusinya bukan mengganti dengan lampu yang baru, tapi perbaiki sambungan listriknya.. kalau masih percaya itu bisa diperbaiki sih....*

Minggu, 11 Desember 2016

Well said, Smoker..


Seandainya orang-orang di dunia nyata begini...

Minggu, 04 Desember 2016

Princess Jasmine


Anas-KRev-Kiki


Tadinya mau bikinin gambar wajah teman-teman satu kelompok, tapi karena baru belajaran, aku jadi ngga puas sama hasilnya hahaha kayanya masih belum layak buat dikasih-kasihin ke orang. Dari 11 kertas yang udah aku potong kecil-kecil, tersisa 3 ini yang menurut aku yah.... mayan lah buat di posting walaupun masih amatir banget wkwk

Aku jadi suka bukain tutorial watercolour-ing di YouTube setelah tadinya rajin ngebuka tutorial make up dan hijab. Kali ini bener-bener menarik banget yang aku liat. Ngejelasin pemilihan-pemilihan warna dan apa-apa aja yang harus kita pahamin kalau mau mewarnai pakai cat air. Dan dari semua video, selalu menekankan intinya adalah: keep trying, keep practicing, and you got your rhythm.

Monster Inc Squadoooo!


Takenouchi Sora


First attempt! Hahaha
Sorry for the bold and un-artistic colour wkwkwk

It's Takenouchi Sora <3 p="">
One of my favorite childhood character from anime Digimon World 1
Remembering those moments when my friend and I scrambling on her.. :')

Since I don't want to post all of my paintings in Instagram, so I'll do it here~

Watercolour painting practice-ing


I was following Instagram accounts that used to posts their watercolour painting, such as +DCinStyle
You can just click on the link or take a look on her Instagram's feed to see her amazing artworks. She focusing on fashion and lifestyle art, like before she was using her lipstick to paint.

And last Wednesday, I decided to buy a package of watercolour painting set (paint, brush, pallete, watercolour paper). I still don't know yet what kind of brush I should buy, should I buy the round one, or flat one, which number, which size, and I ended up randomly buying the size based on my feeling. I bought brushes number 1 (it's Lyra's) and set of Joyko's brushes. Lyra's is indeed more expensice, but it has softer brush and based on it's look, you can say that it has a good quality. I need a good one for detailing, so I bought number 1 brush. Because the limit of my budget, for the rest I bought a set of brush (number 2, 4, 9, 10) only for Rp 8.800,- while the Lyra's brush price Rp 11.000 each :')))

And for the paper, I use Faber Castle's Drawing paper size A5 because I didn't find any watercoulour paper. It's more thick than a sketch paper I have. Since this is my first trial, so I try to press my budget, just to see how long that my passions could last this time, wkwk.

Minggu, 06 November 2016

Random


Baru-baru ini aku subscribe salah satu channel youtube milik pelajar Indonesia di Jerman yang hits dengan cara dia sendiri: menginspirasi banyak orang. Boleh di cek di Instagram juga, dia adalah Gita Savitri Devi. Bisa dibilang aku orangnya gampang jatuh cinta *eak*, and she won my heart litteraly effortless...

Pertama kali tau dia di explore instagram, entah siapa yang follow atau nge-like foto dia. Sampai akhirnya muncul juga di youtube. Karena penasaran, aku buka lah channel dia. Aku klik salah satu video dia tentang room tour di kamar 'kos' nya di Berlin. Dari satu video itu, berlanjut ke video-video lainnya, seharian! Selain dia berhasil bikin aku semangat lagi sekolah di luar negeri, dia juga menginspirasi tentang hijab. Sebenernya aku mulai pakai hijab sebelum tau dia sih, tapi anggap aja inspirasi dari dia ini menguatkan, bahwa jalan yang aku pilih -dan dipilihkan Allah ini- Insya Allah benarnya. Dia menyampaikan perasaan yang ngga bisa aku ungkapkan soal perdebatan hati sebelum dan setelah menggunakan hijab. Rasanya seneng aja gitu, ternyata bukan cuma aku yang awalnya ragu. Alhamdulillah~ :)

Dari cerita-cerita dia di vlog, aku paling tertarik soal rasismus dan bagaimana orang barat menilai kami, minoritas Muslim, yang ada di negaranya. Apalagi perbedaan yang tampak adalah pemakaian hijab. Dia cerita gimana awalnya mengumpulkan niat buat pakai hijab. Ternyata awal di Berlin, dia belum berhijab, dan gimana berhijab ngga menghalangi kita, karena semua sudah di atur Allah.

Beberapa temen sempet nanya ke aku pas awal-awal pakai hijab nih. Kenapa? Ada angin apa? Kenapa tiba-tiba pakai.. Dan selain jawaban "panggilan hati karena Allah," aku ngga bisa jawab alasan-alasannya, karena keburu berpikir 'harusnya aku pakai daridulu'. Bukannya sok ke-islam-islam-an sih setelah pakai hijab, tapi beneran deh, setelah pakai, effort kamu untuk jadi seorang yang lebih baik tuh lebih tinggi dari sebelumnya. Walaupun masih sering khilaf juga, tapi aku lebih membatasi diri untuk melakukan hal-hal yang ngga baik buat aku maupun orang-orang. Aku harus jadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, seolah pakai hijab ngebantu motivasi kamu.
Jadi minoritas memang ngga gampang. Diceritakan juga di vlognya banyak aksi kampanye anti-Islam di negara-negara barat yang bikin pelajar-pelajar Indonesia muslim (apalagi yang berhijab) ketar-ketir. Walaupun teman-temannya di kampus juga ngga mempermasalahkan soal keyakinan yang masing-masing orang anut. Intinya, di luar negeri, mereka lebih menghargai semua jalan yang kamu pilih, mereka ngga ambil pusing dengan orang lain. Mereka ngga membeda-bedakan, walau ada juga yang kaya anti-Islam atau anti-Christ gitu sih. Dan sebagai minoritas pula, Gita dkk juga berusaha menjadi representativ Muslim yang baik.

Sampai akhirnya aku dapet di YouTube sebuah video social experiments, salah satunya Gimana Reaksi Warga Australia ketika Seorang Muslim di Bully. Daaaaaaaaaaaan video itu sukses bikin terharu. Ketika si peneliti mulai provokasi dengan bilang "Why does she wear those kind of thing in this burning weather? Take it off!" sambil menarik hijab seorang wanita yang satu tim experiment sama dia, orang-orang di sekitar mereka langsung bertindak. Warga Australia yang notabene non-Muslim langsung membela. Dan yang bikin terharu adalah seorang laki-laki negro sambil melindungi cewek tadi bilang, "What's with you? It's protect her beauty!" :')

Meet my man!


He's so damn hooooooooooooot that I almost strangle my self....
Pagi ini nonton Star Trek XI (2009) bareng-bareng sama ibu dan bapak, walaupun pada akhirnya yang bertahan di depan TV sampai credit cuma aku dan bapak. Aku bukan fans hardcore Star Trek sih, nonton sekuelnya aja baru satu kali yang Star Trek: Beyond, tapi hampir bisa dipastikan kalau ada film selanjutnya aku PASTI nonton. I'm officialy a fan now.

Awalnya ngga tertarik sama film ini karena mikirnya pasti ngga jauh bedalah sama Star Wars. Waktu mau coba nonton Star Wars sampai udah minta file nya ke temen-temen setelah nonton Star Wars ke-7, sorry to say, ternyata ngga se-seru itu sampai akan nonton serial berikutnya. Mungkin aku yang ngga sampe ya imajinasinya, tapi menurutku Star Trek lebih ringan ditonton dan dimengerti walaupun kamu ngga nonton prekuel nya. And it's captain, forces me to watch the entire series of Star Trek...

Dia nih James T. Kirk, anak dari George Kirk yang meninggal karena mengorbankan nyawanya demi nyelamatkan awak spaceship dari serangan Romulus. Aku baru nonton Star Trek di sekuel Beyond, dan langsung jatuh hati sama Kirk. Sepanjang film, beneraaan ikut terpesona dan deg-deg-an ketika dia yang ada di layar. Tepuk tangan buat tim casting nya, sukses berat milih Chris Pine buat memerankan Kapten Jim Kirk. Begitu juga si Spock. Dan makin jatuh cinta sama Kirk setelah nonton jaman muda nya dia tadi pagi. Ngga tahan buat ngga posting di blog karena penting bangetttttt! >.<
Bahkan nonton film-film superhero nya Marvel/DC, belom ada yang bikin aku senyum-senyum sendiri pas liat.. Not even Ben Affleck XD

Personaliti nya si Jim Kirk ini........ entahlah bad boy-idaman cewek banget. Kali ini aku mengakui kalau aku sama kaya cewek-cewek pada umumnya, yang punya standar cowok idaman kaya tokoh-tokoh film, novel, dan komik. Yassss... Film ini cukup membuktikan kalau kita boleh break the rules, tapi tetap bertanggung jawab. Cukup membuktikan juga kalau cewek-cewek lebih excited sama badboys wkwkwk XD All hail #timShoujoManga XD

Minggu, 30 Oktober 2016

When I'm missing you, it's feels like I'm Miss(ing) Universe..

Indeed, love doesn't need any reason...
XD

Mau nulis aja kok repot

Judul postingan kali ini adalah kalimatku yang dibenarkan sama si mas ketika aku lagi galau mau mulai ngeblog lagi tapi ngga tahu harus nulis apa.. Aku pernah bilang ke dia kalau 'inspirasiku lagi jauh' dengan ekspektasi mendapat balasan yang romantis juga, tapi ternyata engga. Jadi teman-teman, sekali lagi aku ingatkan untuk ngga terlalu berharap sama cowo-cowo yang ngga peka ya.. :')

Udah dua minggu nih aku mulai LDR-an sama si mas. Dibilang ngga kerasa sih.... kerasa. Dibilang sedih sih... ya sedih. Tapi gimana lagi wkwk.........wk....w.... *eits mulai baper* *stop!!*

Kalau mau dilihat sisi baiknya, ada banyak hal-hal yang aku lakukan selama ditinggal merantau ini. Lebih banyak dari biasanya malahan. Dan lagi aku lebih termotivasi buat jadi lebih baik. Udah sering kan aku cerita kalau aku orang yang ngga pernah mau kalah dan mengaku kalah? Lihat si mas yang mulai meniti karir dulu, sampai sekarang udah punya pekerjaan tetap, bikin aku geregetan, ngga mau kalah sama dia. Yang paling utama yang paling dekat yang bisa aku lakuin adalah: lulus jadi dokter gigi.

Aku mulai menggambar lagi lho!
Walaupun biasanya juga kalo weekend aku jarang keluar sama si mas, tapi weekend ini beneran aku berasa punya waktu kosong buat diriku sendiri. Kalau udah gitu, pasti aku buat ngelanjutin hobi, ya gambar, ya nulis.

Efek LDR lainnya juga adalah... waktu bareng keluarga dan teman-teman makin banyak. Kalau biasanya kamu pergi kemana-mana minta ditemenin pacar, kali ini karena pacar ngga ada, jadi minta ditemenin temen-temen dan tentu aja suasananya beda. Kadang-kadang kangen juga sih jalan sama pacar hiks :' Waktu aku jalan ke mall sama temen-temen, masih sering gitu kebayang, biasanya yang disebelahku si mas, biasanya aku minta ini itu............................ yah.

"Nulis tentang LDR ini aja lho.."
"Gamau. Nanti blog ku jadi blog galau.."
"Yaudah, tulis soal klinikmu aja.."
"Gamau. Nanti blog ku jadi blog keluh kesah.."
"...."
"Mau nulis aja repot ya.."
"Nah.."
"Nah apa nih?"
"Mau nulis aja repot.."

And I kinda miss this silly conversation...

Yuk ikutan!

Web

Hai teman-teman!
Tulisan dibawah ini yang aku post barusan adalah artikel untuk event kompetisi Blog Unair.
Untuk ikutan, caranya gampang banget.. Tinggal klik gambar di atas atau klik disini :)

Merinding Disko di PIMNAS 2013 Mataram bareng Tim PKM UNAIR

Tulisan ini berpartisipasi dalam kompetisi blogging Unair.
Untuk info lebih lanjut bisa klik disini atau pada gambar dibawah ini:

Web


"Kalau jadi Mahasiswa UNAIR, katanya rugi banget kalo cuma kulah-pulang-kuliah-pulang.."

Seenggaknya itu yang sempat terbesit dipikiran, disela-sela sibuk ujian praktikum, skill lab, dan PBL di kampus. Waktu itu aku masih Mahasiswi Semester 4 program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Airlangga. Disaat temen-temen yang lain menikmati libur semester genap, aku sibuk cari-cari kegiatan buat ngisi waktu luang.

Jaman Maba dulu, beberapa teman pernah ada yang berangkat ikutan PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) dan mereka-mereka super keceeee. Walaupun ngga ikut menghadiri PIMNAS 2012 waktu itu, tapi hanya dengan lihat videonya aja, bikin merinding banget. Apalagi waktu yel-yel Excellent with Morality, rasanya pengen banget jadi bagian orang-orang yang berjuang bawa nama UNAIR di Event Nasional.

Dan ternyata....
Bulu kuduk yang pada naik waktu liat video PIMNAS 2012 bisa naik lagi untuk kedua kalinya di Mataram, ngga dengan liat video PIMNAS, tapi dengan ada disana, di lokasi PIMNAS, saat pengumuman peraih medali.

Iya, aku berangkat ke PIMNAS 2013 di Mataram.
Walaupun bukan sebagai peserta.
Dan itu adalah salah satu pengalaman terbaik selama menjadi mahasiswa :')

Jadi ceritanya, dulu banget (sampai sekarang sih) aku bukan mahasiswa yang aktif di organisasi intra maupun ekstra kampus. Yaah, bisa dibilang aktif ngga aktif sih, tergantung mood haha. Sempat waktu semester 3 aku ikut kepanitiaan Gema Krida Airlangga, dan siapa yang sangka kalau awal kepanitiaan itulah aku merasa jadi mahasiswa seutuhnya, haha.

Dari kepanitiaan Gema Krida Airlangga, aku kenal sama banyaaak teman-teman baru dari berbagai fakultas di UNAIR. Yang tadinya aku cuma taunya anak-anak yang itu-itu aja, sekarang kalau ditanya apa aku punya teman di Kampus B atau Kampus C, aku dengan bangga bisa bilang: Ya jelas punya dong! Haha *sombong dikit*. Dari kepanitiaan ini juga lah, aku makin pede di bidang Publikasi Dokumentasi. Ketua bagian PubDok di Gema Krida Airlangga waktu itu namanya Mba Brilian, kalo aku ngga salah inget dia anak jurusan Ekonomi angkatan 2010. Dia iniiii yang kerjaannya memuji hasil kerja keras desain anggota-anggotanya, dan it's mean a lot. Berkat Mba Brilian inilah aku jadi makin sering desain, dan daftar kepanitiaan di bidang PubDok.

Selain kenal sama Mba Brilian, aku kenal lagi teman satu angkatan dari Fakultas Teknologi Lingkungan, namanya Adit, yang salah satu anggota BEM UNAIR. Waktu itu aku ngga nyangka sih bakal sedeket ini sama dia, dan dia bawa banyaaaak banget pengalaman baru. Dia inilah yang dengan random nya di suatu siang nawarin ke aku, "Kamu mau ngga jadi tim poster buat PIMNAS 2013?"

Pertanyaan itu sempet bikin galau berhari-hari.

Waktu itu tawaran pertama sempat aku tolak, dengan alasan takut ngga bisa bagi waktu dengan acara Bakti Sosial FKG di Lombok. Agak nyesel juga sih waktu itu, gimana bisa kesempatan luar biasa, bisa hadir di PIMNAS, aku lewatkan. Akhirnya dia meng-oke-kan, dan acara Bakti Sosial di Lombok berjalan lancar.

Sepulang dari BakSos di Lombok, Adit nawarin lagi kesempatan yang sama. Sudah dua kali lhooo aku dikasih kesempatan untuk ikutan PIMNAS. Lagi-lagi kali ini setelah galau berkepanjangan, aku tolak. Dia butuh kepastian cepat untuk mendaftarkan nama tim poster untuk PIMNAS. Karena ngga bisa memutuskan dengan cepat, akhirnya aku pilih buat menolak. Disayangkan banget, waktu itu papaku lagi dirawat di rumah sakit dan akan menjalani operasi tumor. Sebagai anak, tentu aja kan aku ngga bisa ninggalin keluarga, untuk urusan PIMNAS sekalipun.

Setelah papa operasi pengangkatan tumor, Adit menghubungi lagi. Katanya dia dan beberapa teman mau menjenguk. Waktu itu ngga jadi sih kalo ngga salah, soalnya aku juga takut ngerepotin. Dan ujung-ujungnya, dia nawarin lagi, untuk ketiga kalinya, kesempatan berangkat PIMNAS.

Kesempatan ngga datang 2 kali kan? Bahkan aku punya tiga kali. Berarti...........

Aku langsung cerita ke orang tua, dan mereka setuju banget aku buat berangkat. Alhamdulillah kondisi papa pasca operasi juga membaik. Jadi, setelah aku dapat restu orang tua, akhirnya aku meng-iya-kan tawaran dari Adit tadi dan mulai sibuk membantu persiapan Tim PKM UNAIR :")) Kegiatan persiapan PIMNAS sampai ke acaranya ini menyita waktu libur semester genap bangettttt dan mengambil 2 minggu waktu kuliah semester ganjil. Padahal di Kedokteran Gigi, banyak mata kuliah yang harus hadir 100%, waktu itu sempat was-was juga sih soal perijinannya, tapi untung bangett diusahain sama pihak Rektorat supaya aku bisa ikut serta. Alhamdulillah perijinan sudah ditangan, siap untuk bertugas! :)

Dari kegiatan PIMNAS ini, aku baru tahu kalau pihak Universitas bener-bener all out dalam pembinaan tim PKM mereka. Bisa dilihat dari persiapan keberangkatan, pelatihan presentasi, pembentukan tim poster, karantina, dan lain-lain. Aku sebagai mahasiswa yang tadinya cuma kuliah-pulang-kuliah-pulang, jadi dekat dengan beberapa dosen-dosen penanggung jawab PKM dan teman-teman dari BEM UNAIR. Dari mereka, aku dapet banyaaak banget pengalaman-pengalaman yang ngga akan aku dapetin kalo aku ngga ikut kegiatan ini.

Aku diajak sebagai Tim Poster, tugasnya membantu dan arahan-arahan pembuatan Poster Ilmiah untuk Tim PKM. Padahal aku amatiran banget lho, tapi temanku si Adit ini percaya kalau aku bisa, buktinya dia ngajak kan? Hahaha. Akupun menambah pengetahuan tentang desain dan penggunaan software editing sama anggota tim poster lainnya. Rasanya bahagia banget berkumpul sama orang-orang hebat, walaupun sempat minder sih karena karya mereka bagus-bagus bangeet. Kami saling memberi masukan untuk karya yang kami buat. Dosen-dosen pun ngga sungkan buat mengkritik. Ngga jarang kami sakit hati dan heran dengan selera mereka, tapi toh akhirnya dari masukan tersebut kami bisa meng-improve lagi. Dosen-dosen bagian tim poster pun selalu mendukung kami, memberikan masukan, bercanda, menghibur supaya kami ngga tertekan.

10 Tim PKM UNAIR yang lolos ke PIMNAS saat itu pun juga bekerja dan berlatih keras. Ada kali ya, dua minggu full tiap hari mereka simulasi presentasi, dari pagi sampai malam di Rektorat. Oh iya, tim PKM Unair yang lolos ke PIMNAS tahun itu cuma 10 tim, itu sebabnya dari pihak UNAIR benar-benar memaksimalkan. Ngga masalah cuma 10, kalau kami bisa meraih semua medali emasnya. Hehe. Seluruh kegiatan difasilitasi, mulai dari tempat karantina, penginapan, transportasi di Mataram, semuanya oke banget. Sesampainya kami di Mataram pun, masih ada latihan presentasi terakhir seluruh peserta di Hotel. Walaupun sudah banyak yang lelah, tapi tim PKM UNAIR masih serius berlatih dan mengeluarkan yang terbaik.

Puncak merindingnya adalah selalu saat pengumuman. Dimana semua kerja keras kami akan dibayar, dengan hadiah maupun apresiasi dari semua orang. Aku berdiri bersama ribuan mahasiswa dari Universitas lain di lapangan Universitas Mataram, menanti pembacaan peraih medali. Dari awal kami sudah merinding disko. Deg-degan setengah mati, berdoa dalam hati, mulut komat kamit, muka pucat, keringat dingin, hanya bisa tertunduk, mengucap Bismillah.

Ternyata, euforianya sama dengan yang aku rasain ketika nonton video PIMNAS 2012, engga, bahkan lebih hebat lagi, lebih bergemuruh lagi. Mata rasanya berkaca-kaca, bulu kuduk udah ngga naik berdiri lagi, mungkin udah terbang :") begitu nama-nama tim PKM UNAIR satu persatu disebutkan sebagai peraih medali di tiap bidang PKM. Walaupun ngga keseluruhan, tapi sekitar 85% tim PKM UNAIR meraih medali, baik di poster maupun presentasi. Air mata rasanya ngga bisa dibendung lagi ketika Universitas Airlangga dinyatakan sebagai peraih juara umum ke-2, setelah ITS berhasil menyandang gelar juara umum pertama. Kami dari UNAIR langsung berpelukan, meneriakan yel-yel kemenangan, tidak lupa bersama teman-teman ITS menyerukan "Surabayaaa... kota Pahlawan!"

Aku benar-benar ada disana, ikut merasakan kemenangan bersama teman-teman UNAIR. Ini yang aku bilang soal jadi mahasiswa yang sesungguhnya, berdiri bangga mengenakan almamater tercinta. Menangis haru atas pencapaian kami, dengan lantang meneriakkan, "UNAIR... Excellent with Morality!"

Temanku si Adit tadi, cuma bisa mengejek ketika liat aku nangis. Terus bilang, "Ngga salah Ra, ngajak kamuu.." sambil ketawa. Kalau aku tulis gini kok rasanya agak romantis ya ._. Tapi percayalah, kenyataannya ngga se-romantis itu, apalagi kalau dia yang ngomong hahaha. Lebih dari romantis, itu mengharukan banget. Aku ngerasa jadi orang yang dibutuhkan, orang yang akhirnya berperan, yang berguna, dan diingat orang.




Berhubung ini udah agak lama dan foto-fotonya udah ilang semua, cuma ada 2 foto ini dari Instagram aku yang tersisa :" sedih bangett

Cita-cita buat merasakan PIMNAS akhirnya tercapai. Semua berkat mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di UNAIR selain kuliah. Mengenal banyak orang-orang luar, dapat pengalaman ngga terlupakan.
Jadi, masih mau kuliah-pulang-kuliah-pulang? :)

Ayo dukung #RevolusiMentalIndonesia . Siapa bilang #BidangKesehatan ngga perlu direvolusi juga?

Tulisan kali ini ngga disponsori kampanye apa-apa kok, bukan buat ikutan lomba nulis essay apapun. Ini curahan hati aku sebagai mahasiswi Koas Kedokteran Gigi di sekolah per-gigi-an terbaikse Indonesia (Kata salah seorang teman dari Malaysia ketika ditanya "Kenapa kamu kuliah disini?") :')

Jadi, gejolak di hati (cie) mulai memuncak ketika salah satu teman sekelompok Koas mendapat SMS Super horor. Bukan dari penipuan mama minta pulsa, atau dapet hadiah dengan cara mengkontak nomor yang disebutkan. Bukan. Tapi SMS yang isinya bahwa si pasien ngga lagi bisa melanjutkan perawatan. Sumpah, bagi kami, SMS yang isinya kaya begini lebih horor dari SMS teror manapun. Ketika pasien ngga bisa melanjutkan perawatan, alternatifnya adalah memohon-mohon ke pasien, atau cari pasien baru yang artinya memulai seluruh perawatan dari awal.

Dengan berat hati karena ngga bisa memaksa, teman aku cuma bisa membalas dengan, "Yasudah bu, kalau memang tidak bisa dilanjutkan. Tapi saya tetap harus menyelesaikan tanggung jawab perawatan saya ke adek A. Ngga etis kalau perawatannya berhenti di tengah jalan, untuk menghindari efek perawatan yang ngga selesai." Si ibu pun akhirnya mau satu kali lagi mendatangkan anaknya untuk melanjutkan perawatan terakhir. Kebetulan pasien tadi adalah pasien stase Pedodonsia (Kesehatan Gigi Anak) yang sedang dalam perawatan tambal. Giginya sudah dibersihkan dari jaringan-jaringan tidak sehat, tapi belum sempat ditambal, sudah menyatakan ngga bisa datang lagi. Sebagai yang mengerti medis, kami tentu aja ngga bisa ngelepas tanggung jawab dengan menghentikan perawatan. Tentu aja, kami harus pastikan gigi itu ngga apa-apa setelah dirawat (yang ngga selesai).

Sebenarnya, yang bikin kami ngga rela melepas pasien tersebut adalah......... ternyata orang tuanya telah dihasut oleh beberapa oknum ngga bertanggung jawab yang ada di luar Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) supaya mau jadi salah satu pasien yang dikordinir oleh oknum tersebut. Sebut saja istilahnya: Calo. Iya, Calo. Orang-orang yang berkeliaran menawarkan bantuan kaya kalo kita mau ngurus KTP, SIM, dan surat-surat administrasi lainnya yang kadang-kadang ngurusnya aja setengah mati susahnya, ribetnya. Orang-orang yang menawarkan bantuan tidak dengan cuma-cuma. You know lah, ujung-ujungnya selalu duit. Di Indonesia, ketika kita mau kemudahan, kelancaran, duit salah satu solusinya. Yang ngga setuju boleh mangkat ke Negara Lain.

Calo di RSGM bukan hal yang baru lagi. Dimana ketika kami para koas butuh pasien untuk segera menyelesaikan requirement klinik dan lulus, mereka membantu mencarikan pasien, menawarkan orang-orang yang butuh perawatan. Atau mungkin harus aku luruskan, butuh uang. Dengan iming-iming kalau datang ke RSGM untuk dirawat akan diberikan uang, banyaaak banget orang-orang yang mau datang untuk dirawat. Harga yang dipasang untuk minta tolong si calo inipun ngga murah. Satu gigi dari satu pasien terakhir aku tau dihargai Rp 250.000,- kemudian kita masih harus membayar ke pasien tersebut uang transportasi tiap dia datang ke RSGM yang udah diatur Rp 50.000,- per datang. Bisa bayangin berapa yang harus dikeluarkan si pelanggan calo untuk pasien gigi palsu yang butuh banyak kali datang?

Sebagai orang yang sebisa mungkin ngga pake jasa calo, karena ngga tega minta uang buat bayar dan pasti ngga dibolehin juga sama orangtua, aku termasuk yang bener-bener sedih liat fenomena ini. Orang-orang yang datang berobat di RSGM lewat si calo tujuannya bukan mendapatkan perawatan, tapi uang. Beberapa pasien yang datang sendiri karena butuh perawatanpun juga jadi sasaran si calo, yang diiming-imingi akan dapat uang kalau mereka datang ke RSGM lewat si calo. Udah gitu banyak pula yang berminat.

Perawatan gigi di RSGM menurut aku udah termasuk murah banget, apalagi semua prosedurnya diawasi oleh Dosen yang notabene Dokter Gigi Spesialis yang selalu update ilmu pengetahuan tentang perawatan terbaru. Kalau tambal gigi di klinik dokter gigi umum dan Rumah Sakit, biayanya bisa mencapai Rp 300.000 per-gigi. Sedangkan di RSGM? Cuma bayar Rp 40.000 aja gigi kalian yang berlubang udah bisa terawat. Walaupun begitu, pasien RSGM tetap sepi. Kalau tampak banyak, ya.. sebagian besar adalah pasien yang dibawa calo, yang datang untuk dapat uang. Untuk Koas Gigi yang bisa membayar calo untuk mendapatkan pasien, tentu saja bisa lulus lebih cepat dari yang ngga punya pasien. Jadi, apa istilahnya orang yang ngga punya ngga bisa lulus cepat? Gitu?

Kami para Koas Gigi yang berusaha ngga pakai jasa calo biasanya cari pasien bareng-bareng sampai masuk ke gang-gang kecil. Menawarkan perawatan. Mulai dari melakukan pemeriksaan gigi gratis di sekolah-sekolah, sampai keliling jalanan bawa kartu nama siang-siang. Hanya untuk cari orang yang butuh perawatan dan bisa kami bantu. Seringkali kami para Koas Gigi dipandang sebelah mata hanya karena kami "belum dokter". Beberapa orang yang kami temui menanyakan hal-hal yang sumpah ini bikin sedih banget banget seperti "Ini dibuat praktek ya, mba?" "Ini yang nanganin mahasiswa ya, mba? Bukan dokternya?" "Em.. ngga berani deh kalo bukan dokter yang mengerjakan.". Bahkan salah satu sahabatku sendiri ada yang ngga mau dirawat, kalau bukan dokter yang merawat. Sedih. 

Biasanya kalau bawa pasien sendiri ke RSGM untuk dikerjakan, sebagian besar Koas Gigi bahkan menggratiskan perawatan, sebagai ungkapan terima kasih sudah mau dirawat giginya. Aku dan teman-teman pun yang cari pasien lewat socmed kadang-kadang kalau ditanyain "Perawatannya gratis?" kami langsung mengiyakan. Karena kami memang butuh :") Perawatan gratis yang dimaksud disini ngga semerta-merta free of charge. Kami para Koas Gigi lah yang membantu pembiayaan pasien-pasien. Kadang-kadang pun kalau ada pasien yang datang sendiri ke RSGM dan merasa keberatan dengan biaya, kami bersedia membantu semampu kami.

Balik lagi ke cerita pasien teman yang ditikung calo, orang tua si pasien bilang kalau anaknya ngga bisa lagi jadi pasien temanku, dan mau datang lagi sebagai pasien kalau lewat si ibu calo. Tanpa sungkan-sungkan, orang tua pasien temen bilang begini: Katanya kalau dirawat lewat ibu X dapet uang 50.000, mba.

Temanku tadi dapet pasien itu hasil cari ke gang-gang, yang tiap datang dibantu dengan uang transport yang memang ngga Rp 50.000,- sih, akhirnya diperlakukan kaya begitu. Pasiennya ditikung sama calo, yang dengan hebatnya menawarkan uang Rp 50.000 tiap kali datang. Nyesek banget ngelihat mental orang-orang disekitar kita rendah banget. Aku berani bilang begitu. Akhirnya temanku tadi menyelesaikan tanggung jawab dia yang terakhir ke pasiennya. Dan lebih sedih lagi, ketika pasiennya selesai dirawat, si pasien yang notabene masih anak kecil, umur 5 tahun, udah bisa nanya, "Kak, nanti ini dapet uang 50.000 ya?"

Aku denger langsung si anak bilang begitu, karena waktu itu nemenin temen merawat. Seketika badan langsung lemes. Anak kecil, bisa bilang begitu. Bisa menyimpulkan kalau dirawat itu menghasilkan uang. Dirawat lho ya, dirawat. Yang seharusnya dirawat itu mendapatkan perawatan dan menghilangkan keluhan kesehatan, ini sudah berubah sistemnya menjadi kalau dirawat mendapat uang. Apalagi ini anak kecil yang ngomong gitu. Bisa-bisanya si orang tuanya bilang ke anaknya kalau bakal dapet duit.

Inilah.. mental yang harus direvolusi.

Kalau ada yang tanya, apa dari pihak RSGM sendiri ngga mengetahui adanya calo-calo ini? Jawabannya mereka tahu. Tapi sebagian besar menutup mata, hati, telinganya.

Pernah suatu ketika aku ada kesempatan ngobrol dengan beberapa dosen di RSGM, sambil sedikit mengeluh soal kasus-kasus yang belum diselesaikan, dan juga calo. Salah satu dosen yang waktu itu ngobrol bareng kebetulan adalah Penanggung Jawab Departemen yang meng-haramkan perawatan pasien calo ketika di Stase nya. Dengan segala pertimbangan bahwa pasien calo itu ngga jelas. Pasien-pasien calo kadang-kadang memalsukan identitas dan riwayat kesehatan saat dibagian triage, sehingga bisa lebih cepat masuk ke UPF untuk perawatan. Yang berbahaya adalah, beberapa pasien calo yang suspect HIV/AIDS bisa lolos sampai ke UPF untuk ditangani oleh Koas Gigi. Apalagi di beberapa stase departemen, ada perawatan yang memang banyak menyangkut perdarahan, seperti cabut dan membersihkan karang gigi. Bisa dibayangkan bagaimana jika pasien calo yang ternyata infeksius itu lolos dari triage (garda depan pemeriksaan umum) dan sampai ke UPF untuk ditangani?

Sudah bayar, membayari, resiko terinfeksi tinggi.
Hanya KOAS GIGI di Indonesia, yang bekerja tanpa digaji, tapi justru mengeluarkan uang.

Dosen yang menentang calo tadi mengatakan kalau pernah mengutarakan pendapat soal pasien calo di rapat besar, tapi karena hanya beliau sendiri yang berpendapat demikian, beliau malah dicerca. Beliau malah dikatakan menghambat mahasiswa, ngga memudahkan. Sikap beliau yang berniat baik melindungi mahasiswa malah ditentang, dengan alasan "Yang penting mahasiswa cepat lulus, entah gimana caranya dapat pasien."

Ada dua departemen yang mengharamkan penggunaan pasien calo di klinik, dan aku bener-bener menghormati dosen-dosen tersebut. Bahkan, salah satu departemen nya, ngga ngebolehin kita untuk membayar perawatannya si pasien. Alasannya adalah untuk ngga membiasakan mereka mendapatkan perawatan gratis atau menerima uang setelah perawatan. Aku kenal dua dosen tersebut, dan pernah ngobrol soal ini. Mereka bener-bener keren. Di saat yang lain ngga mau tau gimana caranya mahasiswa bisa lulus, mereka peduli. Ngga perlu semuanya, tapi ada beberapa aja yang berpikiran sama kaya aku, rasanya masih bisa lah bertahan di Indonesia ini.

Mental orang Indonesia ini perlu direvolusi banget. Semua.
Uang, adalah puncak tertinggi di Indonesia. Semua berlomba-lomba meraihnya. Gimanapun caranya. Ngga munafik, aku juga butuh uang, dan akan bekerja untuk dapat uang, tapi ngga dengan cara seperti ini.

Menghalalkan yang salah, mencela yang benar. Gimana Indonesia mau maju? Orang lampu merah yang sepele aja masih diterobos, trotoar masih aja dipake motor buat nyalip. Siswa yang melaporkan adanya kunci jawaban yang bocor dikucilkan, dimusuhi. Goblok. Salah siapa? Yang bodoh siapa? Kalau sudah gitu, yang marah-marah di Socmed siapa? Yang berkeluh kesah saling menyalahkan siapa? Ga paham lagi sama orang-orang yang mentalnya kaya gini.

Calo-calo itu ngga mungkin bertahan juga kalau ngga banyak koas gigi yang butuh. Koas-koas gigi yang punya lebih uang dan udah putus asa banget cari pasien, terpaksa pesan pasien lewat calo. Dosen-dosen pun menghalal kan calo, tujuannya biar mahasiswa cepat lulus. Paling kaget adalah ketika salah satu ada yang nanya, "Sampe kapan kamu bertahan ngga pakai calo?" *ini seriusan*
Kalau mau su'udzon sedikit, kehadiran calo-calo ini jangan-jangan ada hubungannya sama......?

Menurut aku sih, promosi kesehatan di Indonesia ini masih kurang banget. Penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang kami lakukan ke sekolah-sekolah seakan-akan ngga ada artinya karena sampai di rumahpun ngga dipraktekan. Minat anak-anak sekolah masih kurang, itu terlihat jelas banget waktu aku KKN dan PKL.Tanpa iming-iming, mana ada masyarakat yang mau berpartisipasi. Dulu juga sempat punya program PKM ke komunitas anak jalanan, yang ujungnya penyuluhan kami ngga terlalu sukses. Alasan dari beberapa orang sih karena mereka ngga terlalu membutuhkan, makanya minatnya rendah. Terus butuhnya apa, pak? bu? Uang? :)

Miris juga liat teman sejawat di Kedokteran Umum yang sekarang harus menempuh pendidikan DLP setelah mereka Internship :') termasuk adik saya yang sedang berjuang di sekolah Kedokteran yang perjalanannya masih sangat panjang. Setelah lulus, ujungnya dokter umum diwajibkan ikut program BPJS yang banyak banget manipulasi dan proyek-proyek gelapnya. Kenapa ngga rumah sakit-rumah sakit pendidikan kaya RSGM gini yang kedapetan pasien BPJS? Selain bisa membantu masyarakat dengan modal yang ngga besar dan mengorbankan petugas-petugas kesehatan, kami Koas Gigi juga beruntung karena dapet pasien banyak. Ngga tau deh pernah kepikiran ngga ya kaya gini?

Masyarakat ditawari BPJS supaya berobat di dokter dalam negeri. Sedangkan pejabat-pejabat di Pemerintahan? Pada berlomba-lomba check up kesehatan dan berobat di Negera Lain. Maksude opo?

Begitulah curhatan hati kami Koas Gigi.
Maaf ya tulisannya panjang. Waktu nulis sambil geregetan sendiri, banyak banget yang mau ditambahin sebenernya. Saking banyaknya sampai bingung mana yang pantas ditulis disini. Semoga tulisan ini ngga menyebabkan masalah apa-apa ya :") Semoga juga aku dan teman-teman lain yang masih berjuang sebagai KOAS GIGI di Indonesia bisa cepet lulus dan bisa bermanfaat nantinya di masyarakat.

Minggu, 02 Oktober 2016

Yes, I do really care. Forgive me when I once said the opposite.

Jumat, 30 September 2016

The border between love and hate is exactly just like a single hair..
All that matters is how you put the 'happiness times' before the flaws.
I know it sometimes love being stubborn, egoist, and leads to hate, something that is not really there.

And when it comes to me, I just scream inside my head saying "Dumb you, why would you say that?? Why did you say that?? Is your love just mean nothing?"

But, it's always emotions before logic..

Sabtu, 10 September 2016

I know that if we give this a little time
It'll only bring us closer to the love we wanna find

Minggu, 07 Agustus 2016

Rindu

Mungkin yang kita butuhkan adalah rindu.
Di ruang tempat kita bisa menemukan sesuatu yang kita cari.
Tanpa perlu terikat satu sama lain.
Bergerak bebas, melangkah luas.

Mungkin yang kita butuhkan adalah rindu.
Karena aku mulai lupa rasanya memilikimu.
Aku yakin kau pun begitu, mulai jenuh dengan kehadiranku.
Seolah menjerat, tidak mengizinkanmu terbang jauh.

Mungkin yang kita butuhkan memang rindu.
Bukankah harus merasa kehilangan dulu, baru menyadari arti keberadaannya?

Minggu, 24 Juli 2016

Pernah ngga ngerasain,
Ketika menoleh ke belakang, melihat satu persatu bayangan masa lalu berlaluan,
pernah sadar, ada saat ketika senyum kita lebih lebar dari sekarang?
Beban di pundak kita tidak seberat sekarang, langkah terasa ringan, walau tanpa arah tujuan.

Bukan,
Aku ngga pingin mengeluh kali ini (walaupun sadar banget isinya Blog ini keluhan semua TT)
Hanya saja, rasanya memang hidup ngga akan pernah jadi mudah.. tapi kita yang semakin kuat.
Aku senang, punya memori masa lalu dimana aku pernah (atau selalu) tersenyum selebar itu,
ingatanku mengatakan bahwa aku bahagia. Dan yang selalu bisa aku katakan adalah Alhamdulillah :)

Okay, haha.
Sebenernya ngeblog hari ini dalam rangka mencari motivasi yang belum lama ini sempat redup, karena suatu hal yang ngga bisa aku ceritain, ke siapapun. You know, I'm an emotional person, kebanyakan baper, belum tuntas cerita udah nangis duluan, udah berkaca-kaca duluan, and I didn't want anyone see my weak side. Walaupun seringkali kelepasan sih, di tempat-tempat umum, ngga tahu malu banget. Dan untungnya, ujung dari masalah motivasi yang redup kali ini adalah karena aku overthinking, seperti biasanya. Obatnya pun sudah tahu, tapi memang efeknya agak lama, ngga secepat penggunaan obat kortikosteroid ketika radang haha. Seengaknya, setelah beberapa minggu (see? Efek kerjanya emang lama!) akhirnya aku bisa legowo, bahkan bisa menertawakan kegagalanku sendiri, bercerita seperti tanpa beban, seperti lupa bagaimana aku beberapa minggu yang lalu, yang tidak mau menyinggung atau mengungkit hal itu.

Aku melupakan hal-hal kecil, yang sebenarnya adalah kunci pada masalahku ini.
Aku ngga butuh orang lain untuk membuka pintu itu, tapi mereka bisa membantuku mencari kuncinya. Toh pada akhirnya, aku yang menjalani. Aku sudah punya solusi untuk masalahku, hanya membuka dan mengeluarkannya saja yang butuh usaha.

Dulu aku pernah tersenyum selebar itu, berkilau dan bersinar seterang itu... tanpa beban.
Kali ini akupun masih tersenyum -walau tak selebar dulu- dengan semua hujan badai yang pernah menerpa dan menempaku menjadi aku yang sekarang. Karena seperti yang kita semua tahu, kalau manusia tidak bisa membantu, kau tahu kan harus minta pertolongan pada siapa? :)

Yang selalu aku percaya, bahwa seburuk apapun petir dan badai malam ini, akan ada pelangi yang muncul, entah di sisi sebelah mana. Bisa saja ia langsung muncul di hadapanmu, atau kau harus berputar, berkeliling, melihat dari segala sisi, agar bisa menemukannya.

Minggu, 17 Juli 2016

"Because sometimes, it's okay to not be perfect. It's okay to make mistake."
"There are still many things I wanna do alone, but now I realize doing together seems not a bad idea."
"It's about how you trust people. You have to know, than you can understand."
"Believe me, I'm trying. Struggling. You just don't have to understand my way."
"When you give your 100%, I give mine 200%,"
"You know that I'm strict about my plan, and you're on my list."

The Vets! :')



It's Sunday morning, rain is falling~
Ngga ding, tapi udah berhenti hehe. Beberapa hari ini tiap pagi sering hujan, jemuran baju sisa lebaran ngga kering-kering :") Balada nyuci pagi dan selalu ninggalin jemuran sampai sore *curhat dikit*

Pagi ini setelah nganter ibu ke IRD buat ikutan seminar Basic Life Support yang sekarang sertifikasinya wajib dimiliki dokter dan dokter gigi (it's improvement!) nganggur di rumah akhirnya nonton TV, hal yang hampir ngga pernah aku lakuin di weekdays. Berangkat terlalu pagi ngga sempet nonton TV, dan pulang terlalu lelah buat nonton TV. Dan acara TV yang selalu bisa memecah kebosanaan adalah Masterchef~

Kebetulan episode kali ini dimana tantangannya adalah bikin steak buat para veteran perang. Aku salah fokus disini, bukannya kagum sama masakan mereka, aku baper lihat para veteran perang. Beberapa dari mereka mengenakan topi tulisannya "World War II Veteran" dan itu bikin nyes hati. Mereka di datangkan ke venue acara naik pesawat jet buat para veteran angkatan udara, penghormatan atas apa yang telah mereka perjuangnkan untuk Negara nya. Kedatangan mereka disambut hormat banget, pakai acara marching band, dikawal. Rata-rata para veteran udah berumur, ada yang datang pakai kursi roda dan tongkat. Ketiga host acara ini berkali-kali menyebutkan "We have to serve our best, for them whose done their best for us back then, the real Americans Heroes."
Bahkan ketika salah satu tim ngga sempurna memasak steak nya, Gordon Ramsay dengan lebay nya marah-marah dan berkata kalau tim tersebut sangaaat nggak sopan terhadap para veteran. "Ini yang bisa kita berikan pada mereka setelah apa yang mereka berikan pada kita?"

Ngga tahu apa karena memang ini lagi di shoot acara, makanya diperlihatkan banget gimana penghargaan warga Amerika terhadap pahlawan mereka, tapi setelah baca beberapa artikel, memang veteran perang di Amerika beneran dihormati bahkan diberikan reward dan tunjangan untuk hidup mereka. Beda sama di Indonesia, yang kapan hari pernah ada berita kalau veteran perang kita dilupakan. Beberapa ada yang hidup kekurangan, bahkan tunjangan pemerintah untuk mereka yang memperjuangkan tanah kita sekarang ini dinilai ngga layak. Bukan masalah jumlah veteran yang banyak sehingga ngga bisa mengcover itu semua. Buktinya di Amerika, jumlah bukan masalah. Veteran perang masih diperlakukan dengan hormat, bahkan terlihat dari kehidupan mereka yang sejahtera.

Kebetulan ayahnya papa juga salah satu veteran perang. Beliau meninggal waktu aku kelas 2 SD, jadi aku ngga terlalu paham sih gimana tunjangan yang diberikan buat beliau sebagai penghargaan perjuangannya. Tapi melihat berita bahwa ada veteran perang Indonesia yang hidup serba kekurangan, tetap bikin hati perih. Gimana kalau ternyata dulu eyangku juga diperlakukan sama? :')

Aku emang baru lihat dari satu sisi sih. Mungkin ada beberapa pertimbangan dan alasan kenapa tunjangannya tidak merata. Apakah sesuai pangkat, atau bagaimana aku juga ngga tau. Tapi seengaknya, veteran perang dapat tempat di Taman Makam Pahlawan dan pasti dapat penghormatan terakhirnya sebelum dikuburkan.

Semoga negara kita memang negara yang sesuai dengan Dasar Negara nya, berbudi pekerti luhur, dan ngga pernah melupakan jasa para pahlawan.

Senin, 27 Juni 2016

1

"Bagaimana menurutmu?"
Tanya gadis kecil berambut panjang yang sedang diikat buntut kuda di depanku. Sedari tadi bola matanya terus bergerak kesana kemari, seolah berpikir keras. Alisnya mengkerut, dahinya mengernyit. Selalu seperti itu ketika dia sedang resah. Dan harus kuakui, memang selalu seperti itu lah dia, meresahkan hal yang tidak perlu. "Apa aku kurang cantik? Kurang menarik?" katanya sambil menghentakkan kaki di tanah, memainkan bebatuan di depan kakinya.

"Bisa jadi sih," aku menimpali sebisaku, "Banyak yang lebih oke,"
Mendengar kalimat barusan, kerutan di dahinya semakin tampak jelas, bibirnya maju ke depan. Mulai menggerutu kecil. Biasanya ketika sedang dalam fase ini, dia akan memukuliku dan berkata bahwa aku adalah temannya sejak kecil yang paling jahat, paling tega. Dia menoleh ke arahku, tangannya sudah bergerak. Aku langsung memasang posisi siaga, siap menahan pukulannya. Dua detik, tiga detik, aku menghitung sambil memejamkan mata hingga sepuluh detik, namun pukulan yang biasanya selalu terasa sakit itu tidak segera mendarat di anggota badanku. Apa dia menunggu aku lengah?

Kulihat dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya ketika aku membuka mata. Wajahnya memerah, terlihat dari sela-sela tangannya yang kecil. Samar-samar terdengar suara napas yang tersenggak. Dia... menangis?

"Hey.. hey.. hey.. kenapa malah nangis sih?"
Tidak menjawab, hanya terus mendekap wajahnya semakin erat. Suara tangisannya kini tidak terdengar samar lagi. "Ini tempat umum, yang benar aja?! Jangan nangis dong, nanti dikira aku yang bikin kamu nangis.." aku gelagapan, bingung harus bagaimana untuk menghentikan tangisnya. Karena tidak bisa memikirkan cara lain, aku segera menarik kepalanya untuk bersandar di bahuku, dengan telapak tanganku menutupi matanya.

"Kenapa ngga pernah berhasil sih?" tanyanya sambil terisak. "Aku.... aku sudah lakukan yang dia mau... Jalan-jalan, makan bersama, beli hadiah... Bahkan menjauhi kamu..."
Aku tahu. Semuanya aku tahu. Bahkan menunggunya di saat hujan dan ternyata dia sudah pulang duluan, juga termasuk kan?
"Tapi kenapa...... hiks... kenapa dia malah minta putus?"

Tangisannya semakin keras, dan tidak ada yang bisa kulakukan sekarang selain membiarkannya menangis. Sambil terus menepuk kepalanya, aku mendengarkan semua cerita. Yang aku sudah tahu, yang aku jauh lebih tahu daripada dia.

Aku tidak bisa apa-apa selain membiarkannya menangis. Aku tidak berhak berkata apa-apa. Aku takut ketika dia tahu, bahwa salah satu penyebab tangisnya hari ini adalah....

aku..
Aku punya seseorang, yang aku tahu selalu harus aku lampaui.
Walaupun pada kenyataannya, tidak terjangkau.
Aku punya seseorang, yang aku tahu aku harus selalu lebih baik darinya.
Walaupun pada kenyataannya, dia yang terbaik.

Entah karena obsesi, tidak mau kalah, atau benci.
Selama ini hidupku dibalut hal-hal itu.
Berjalan diiringi bayangan kelam,
yang seolah siap menjadi lubang dan menjatuhkanmu.
Karena aku tahu, sebesar apapun yang kulakukan, tidak akan bisa.

Bukan masalah apakah aku sebenarnya bisa lebih baik.
Tapi, ingin tampak akulah yang terbaik di depannya.
Akulah yang kuat, jatuh seratus namun bangkit seribu kali.
Akulah nama yang selalu bisa dia sebutkan di depan orang lain.

Menjadi terbaik, bukan soal peringkat, kurasa.
Walaupun jauh di lubuk hati, tempat nomor satu tetaplah impian.
Menjadi terbaik adalah ketika kamu puas dengan segala hasil yang kamu capai.
Baik, buruk, dengan sekuat tenaga.
Dan ketika menoleh ke belakang, banyak orang-orang yang mendukung.
Meneriakkan namamu, berkata bahwa kamu sudah berusaha.
Bersiap menangkapmu kalau terjatuh.
Bersiap melambungmu lebih tinggi ketika kau terbang.

Beberapa kali kurasakan aku gagal.
Dengan segala pengorbanan, persiapan, usaha.. aku merasa kalah telak.
Hanya bisa menangisinya, menunduk..

Yang kulupakan hanyalah menoleh ke belakang..
Melihat bahwa tidak ada yang sia-sia.

Aku punya seseorang, yang sangat ingin kulampaui.
Yang aku kini yakin tidak pernah membencinya.
Ketika menoleh ke belakang,
dia disana, melebarkan tangannya, dan siap memelukku.
Baik, ataupun buruk hasilnya.




~Surabaya, 27 Juni 2016~

Rabu, 22 Juni 2016

"Why don't we just make your dreams and mine become 'our'?"

Senin, 20 Juni 2016

Hidup Sehat Seorang Muslim


Ini poster yang dulu pernah aku ikutkan suatu event IMW 2013 (aku lupa kepanjangannya apa)..
Baru sadar, ini kan event Islami, tapi modelnya pakaiannya ngga syar'i blas :'D

Baru paham


Kamis, 16 Juni 2016

Meet them!


Meet my CoAss-Life-Partners!

Teman-teman baru selama 4 semester dalam menghadapi jatuh bangun dunia klinik.
Sebenernya bukan teman baru sih, mereka teman-teman semasa kuliah juga, cuma baru dipertemukan dalam nasib dan takdir yang sama pas klinik ini hahaha
Sebelumnya cuma deket sama Ica (teman yang NIM-nya deketan dan partner Modul) sama Hanin doang (teman pubdok sejati), pas awal-awal beneran cuma nemplok ke mereka haha.
Yang biasanya aku ngga pernah jalan-jalan kecuali sama gengs, sekarang bahkan udah sampai Malang sama mereka.

Ngerasain belajar bareng buat ujian profesi sampai nginep-nginep, sampe tengah malem.
Keliling gang, keliling sekolah, keliling perumahan buat cari pasien.
Menghadapi pasien yang beda-beda sifatnya di klinik.
Dikejar deadline, dikejar tugas, dikejar ujian, dikejar requirement :")

Bentar lagi udah mau akhir semester 3, yang berarti kita bakal masuk jadwal putih.
Semoga kita semua diberi kelancaran ya biar ngga galau lulus terus...
Biar ngga galau nikah terus kaya si Inuns :p
Semangat, manceman! :3

Sabtu, 11 Juni 2016

Demi nonton Conjuring 2 dengan hati lapang dan tenang:')


(Salah satu) Penyemangat dikala lelah klinik, pengen nikah aja.
Sengaja ditaruh di meja belajar, di depan yang kasat mata.
Biar kalo sambat, langsung keinget gimana dulu perjuangan pengen masuk sana.
Gimana pengorbanan yang aku buat demi menjajaki tangga pertama menuju cita-cita.

Habis gelap, selalu terbit terang kan, ya? :')
Semanga teman-teman semua yang mau ujian Ortho dan Seminar Komprehensif!
Terutama buat yang menjalani 2 ujian itu di hari yang sama *waving at my self*
Mantra ajaib selalu ampuh di saat kaya gini,
"Kalo kamu, pasti bisa."

Minggu, 08 Mei 2016

Fulfilling her ridiculous request, he said.

ful·fill·ing
fo͝olˈfiliNG/
adjective
making someone satisfied or happy because of fully developing their character or abilities.


Halo, selamat pagi!

Ehehe, gimana liburannya semua? Pasti banyak cerita seru ya. Ngga kerasa hari ini adalah hari terakhir dari Golden Week di bulan ini. Pinginnya sih menikmati liburan terakhir, tapi apa daya, besok ada ujian Radiologi, dan rencana belajar dari awal libur panjang belum terealisasikan. Sama-sekali. Nice, Ra!

Selama 4 hari liburan ini, keluargaku tumbenan ngga punya acara pergi bareng. Dikarenakan kesibukan masing-masing. Si bapak yang lagi sibuk nemenin tamu di kantornya, harus stay dari hari Kamis sampai Sabtu. Sedangkan si ibu, ada reuni SD-SMP-SMA 3 hari berturut-turut dari hari Jumat-Sabtu-Minggu. Raka? Sebenernya mungkin dia juga sama nganggurnya kaya aku, tapi ngga bisa diharapkan. Ya sudahlah, dua hari pertama longweekend aku habiskan dengan maraton film-film Marvel yang ternyata seru! (Baru aku sadar, padahal selama ini selalu ngikutin di bioskop, tapi ngga paham filmnya :'))

Rencananya, hari Sabtu (kemarin), aku sama temen-temen mau survey ke sebuah lokasi di Malang, tapi karena tempatnya masih tutup, kami mengurungkan niat. Sebenernya aku sih mau-mau aja ke Malang walaupun cuma jalan-jalan, walaupun ngga ada tujuan pasti haha. Tapi melihat komentar, "Kalo masih tutup terus ngapain kita kesana?" "Hm... Ya jalan-jalan aja.." "Hea.... Nggak deh.." akhirnya aku memutuskan tidak mengajak mereka. Hahaha. Dan untungnya, aku punya partner yang selalu (sebenernya ngga juga sih) bisa dan mau diajak jalan-jalan tanpa tujuan: Si mas!

Waktu aku bilang rencanaku ke Malang cuma buat jalan-jalan, dia mau-mau aja nemenin. Berhubung kondisi tubuh kami sedang tidak prima, flu berat, dan pasti capek jalan-jalan ke Malang, akhirnya liburan kami relokasi ke tempat yang ngga terlalu jauh dari Surabaya, tadaaaa! Prigen!

Sampai H-1 kami masih belum tau bakal ngapain di Prigen. Biasalah orang yang ngga punya rencana pasti, cuma lokasi liburannya doang yang pasti haha. Sebelumnya kami juga pernah liburan ke Batu, awalnya gara-gara aku pingin naik Roller Coaster di Jatim Park. Tapi begitu hari H perjalanan, aku mengusulkan kita jalan-jalan ke tempat yang belom pernah aja, akhirnya kami ke Paralayang. Perjalanan ngga jelas kaya gini udah beberapa kali kami lakukan, dan tentunya selalu menyenangkan karena faktor teman yang menemani :p

Akhirnya kami memutuskan buat jalan-jalan ke Bhakti Alam di Pasuruan. Tempatnya kaya Selecta di Batu, tapi lebih kecil dan ngga sedingin disana. Buat orang yang haus akan alam kaya aku hahaha seneng banget disanaaa, banyak bunga-bunga bagus. Sayangnya disana ngga ada kelinci atau hewan-hewan berbulu lainnya buat dipegang atau dipeluk. Cedih :(

Perjalanan dari Surabaya-Pasuruan kemarin Alhamdulillah lancar tanpa hambatan, cuma karena lagi pilek dan flu, sepanjang jalan aku batuk-batuk dan sisih berkali-kali, bahkan sempet beli obat batuk dulu sebelum berangkat. Untung si mas juga lagi dalam kondisi yang sama, tapi ngga lebih parah dari aku, jadi sama-sama ngga protes waktu ada yang batuk-batuk-yang-dahaknya-tidak-manuasiawi atau sisih ingus dengan suara yang tidak manuasiawi juga. Btw, batuk keras dan sisih jorok kaya gitu adalah salah satu hal yang ngga bakal aku lakuin selain di rumah sendirian lho haha. Berhubung udah setahun lebih sama si mas, akhirnya aku jadi gapapa melakukan hal itu. Dia cuek juga, dan aku akhirnya nyaman deh, bisa sisih sampai puas wkwkw tapi ngga tau lagi ya kalau dalam hatinya dia berkata lain :")
Di perjalanan, mulai dari hal yang ngga penting sampai hal yang...... ngga penting juga kami omongin. Ngga terasa udah mau sampai di Pasuruan. 

"Waktu ke Malang tahun lalu, kita belom lama kan ya pacarannya?"
"Iya ya.. kayanya belum setahun.."
"Ngomong apa aja ya waktu itu hahaha"

Akhirnya aku flashback ke waktu liburan tahun lalu.... Dan ngga inget sih emang gimana kami bisa sampai ke Malang dengan selamat tanpa ada awkward moment selama 3 jam perjalanan di mobil hahahaha padahal waktu itu baru 6 atau 7 bulan pacaran, dimana aku masih jaim banget. Kalau sekarang, perjalanan ke Pasuruan aja isinya udah ngga jelas, dari yang ketawa-ketawa, bisa langsung ngambek-ngambekan sebentar, ketiduran sebentar, bangun lagi, ketawa-ketawa lagi, nyanyi-nyanyi (ini! Yang dulu ngga aku lakukan hahaha). As time goes by, you'll find your comfort in him :)

Sampai lah kami di Bhakti Alam! Dari jalan besar Gempol-Surabaya-Malang, masuk lumayan jauh ke atas. Untung si mas udah biasa nyetir jauh :p wkwk  Tempatnya besaaaar banget, lumayan adem hawanya, toilet bersih, mushola nyaman. Begitu sampai kami langsung sholat dhuhur biar ngga kepikiran lagi pas jalan-jalannya. Harga tiket masuknya Rp 35.000 untuk weekend, harga tiket sudah termasuk tiket naik kereta keliling perkebunan, free susu pasteurisasi, free juice, dan free yogurt testing (walaupun cuma dapet seteguk, tapi berhasil bikin aku beli sebotol!). Begitu masuk, kami langsung naik ke kereta semacam kereta kelinci yang membawa kami keliling perkebunan. Petugasnya ngejelasin satu-satu di kanan kiri ada apa. Tiap kali dikasih tau, misalnya "Nah di sebelah kiri kita ada tanaman Buah Naga.." tapi tiap kali aku noleh, ngga ada buahnya :') dan katanya memang bulan ini sedang ngga musim buah. Banyak buah-buahan yang ngga keliatan buahnya, atau ada juga yang barusan di panen. Tapi lumayan lah buat edukasi. Yang bikin aku dan si mas semangat di perjalanan kali ini adalah: banyak free food nya! haha walaupun cuma tester. Di tiap titik lokasi kita bisa nyobain yogurt leci, keripik pisang, keripik singkong, sinom dan beras kencur gratis. Pokoknya ngga rugi deh kesana!




Setelah dari Bhakti Alam, kita kelaparan dan berencana cari makan diluar lokasi perkebunan. Dari sebelum berangkat aku udah bilang ke si mas kalo pengen makan 'Sate Ayam Depan Hotel Surya' yang hits banget di Path haha. Lokasinya bener-bener pas di depan Hotel Surya, Tretes. Cuma, dengan kesana naik Brio, aku ngga yakin bisa naik...

Di perjalanan tiba-tiba hujan. Terus si mas mulai pesimis.

"Ini nanti sampai sana bisa makan kan?"
"Hm....."
"Lho, kan kita tujuannya kesana makan. Masa ngga bisa makan?"
"Tempatnya warung-warung gitu sih, gatau deh bisa makan apa ngga kalo hujan.."
"Yang bener........."
"Yaudah deh nanti kalo disini nemu makanan, berhenti aja, kita makan disini aja..."

Dengan segala ke pesimisan dan kebingungan mau makan dimana, akhirnya kami memutuskan untuk nyoba dulu naik ke Tretes, dengan tintangan hujan, dan mobil CC kecil. Si mas udah ngga bisa diajak bercanda aja nih. Perjalanan mulai menegangkan ketika tanjakan-tanjakan naik udah kelihatan, walaupun hujan udah mereda. Aku sampai matikan AC, bernapas seperlunya, tegang. Begitu juga si mas. Kayanya dia udah pesimis. Ketegangan terjadi sekitar 15 menit, dimana jalanan menanjak dan berkelok. Aku udah pernah sih ke Tretes sebelumnya, tapi sama keluarga, dan naik mobil yang lebih besar. Kali ini bener-bener ekstrim.........

Alhamdulillah kami sampai di depan hotel Surya, cari tempat parkir, dan hujannya juga udah reda di atas sini. Sampai mobil parkir pun, si mas masih belum senyum, wajahnya marah gitu hahaha aku berusaha ngajakin bercanda, tapi gagal. Jadinya malah awkward. Dan suasana awkward ini selalu bisa pecah ketika kami udah makan! Hahahaha. Ngga tau sejak kapan, kami jadi sama-sama suka ngambek dan marah-marah sendiri kalo lagi laper. Sebenernya si mas duluan sih, terus menular ke aku. Dan yang paling epic, pas kita lagi diem-dieman, tiba-tiba dia nanya..

"Permintaan tuh bahasa Inggris nya apa?"
"Hah...? Gatau..... request kali. Buat apa?"
"Hm.."

Dia nunjukin update-an di LINE nya, "Fulfilling a little bit ridiculous request" tulisannya, dengan stiker LINE yang paling menyebalkan, dengan Location di Tretes hahaha.
"Naik Brio, hujan-hujan. Tadi aku udah sebel aja, kita niatnya mau makan, tapi hujan kaya gini. Gatau deh kamu maunya apa, untung sampai sini udah ngga hujan.." cubets :3




Di foto ini, orangnya udah ngga ngambek, udah abis 1 porsi sate ayam dan 1 piring nasi. Tapi masih belom puas, akhirnya kami nambah Ronde dan kacang kuah. Bahkan............. jagoan satu ini masih mau nambah bakso lagi! Beneran kelaperan nih anak kayanya........... Ngga inget itu perut udah kaya galon tumpuk tiga, tapi karena usahanya mencapai Tretes ditengah hujan kaya tadi, kubiarin aja.. Udah sampai sini kalo ngga makan banyak rugi di tenaga dan ketegangan pas naiknya tadi haha.

Tadinya pulang dari Tretes, kami mau mampir ke Taman Dayu. Tapi mengingat jalan ke arah Taman Dayu padet, dan udah pada capek dan kenyang, akhirnya kami memutuskan untuk balik ke Surabaya.

"Gimana? Udah puas belom jalan-jalannya? Ngga apa pulang sekarang?"
"Sebenernya belom puas sih.. Kurang nginep disininya.. Nanti-nanti ya kalo sudah........."
"Ayo nginep sekarang aja.."
"Heh! Nanti kalo udah jadi!"
Ngga nggenah kok...

Anyway, terima kasih ya, sudah mau fulfilling my ridiculous request, sudah jadi partner jalan-jalan yang menyenangkan hari itu!
Terima kasih sudah menemani liburan kali ini. Yang ngga perlu jauh-jauh jalannya. Yang penting partner jalan-jalannya :3
Udah siap buat fulfilling another request lagi? Hahaha

Sabtu, 30 April 2016

That feeling

Udah minggu ke-5 aku di putaran terakhir Studi Profesi Dokter Gigi...... yang artinya adalah dalam hitungan bulan, waktuku di klinik hampir kelar! :"D Sounds great dan mengharukan, kalau ngga harus mengingat requirements yang belom aku selesaikan :"D

Dan aku ngga tahu, apakah karena efek stase putaran terakhir, aku ngga se-semangat dulu. Kalau kata temen-temen sih, udah waktunya jenuh kayanya hahaha. Kebetulan di stase terakhir ini aku di departemen Prostodonsia (Protesa / gigi palsu), yang mana harus nunggu pasien selesai perawatan pendahuluan dulu baru bisa dikerjakan. Salah satu pasienku ada yang butuh perawatan pendahuluan cabut gigi geraham bungsu! (Setelah didiskusikan akan mengganggu pemakaian gigi palsu kalau dibiarkan di rongga mulut). Sudah penjadwalan untuk pencabutan sih, tapi karena pencabutan gigi bungsu perlu 'teknik khusus' yang namanya Odontektomi, di RSGM pun harus mengantri karena pasiennya banyak. Sambil nunggu harusnya aku bisa ngerjakan pasien yang lain ya, harusnya... tapi karena belum punya pasien yang lain, ya udah.. hahahaha :")

Daridulu aku pengen banget cerita kehidupan koas di RSGM FKG Unair, yang penuh up and down, yang jalanannya kaya tanjakan penuh batu kerikil, yang ngga bisa didaki kalau ngga pakai sepatu tebal, perlindungan diri, dan mental baja. Berhubungn waktu itu sibuk (padahal niatnya udah ada, tapi ditunda melulu), akhirnya malah posting-posting galau, yang kata si mas "kaya orang mau putus," hahaha padahal kan engga ya, walaupun akhir-akhir ini sering berantem gara-gara hal sepele.. Yah, justru disitu bumbunya ya mas :))

Awkay!
Sebagai koas, sering banget dibilangin "Kita jadi percobaan ya?" waktu nawarin perawatan ke orang-oranag sekitar. Berhubung gelar dokter gigi belum kami pegang, mindset orang-orang udah underestimate aja sama dokter gigi muda. Kadang-kadang waktu aku sama teman-teman keliling gang cari pasien untuk nawarin perawatan, beberapa orang ngelihat kita aja udah ngga percaya, seakan mereka pengen segera pergi dari percakapan itu. Sedih sih sebenernya. Tapi mau gimana lagi, kami memang belum jadi dokter gigi. Waktu ditanyain begitu kami cuma bisa bilang kalau ini bukan percobaan, tapi perawatan gigi, dan berusaha gimana mereka bisa percaya. Makanya kami berterima kasih sekali buat pasien-pasien yang datang langsung sendiri ke RSGM, yang percaya bahwa kami bisa ngebantu merawat gigi mereka :"D

Banyak hal yang aku dan teman-teman pelajari selama koas di RSGM. Salah satunya adalah pentingnya komunikasi, antara kita dan pasien. Aku pernah bilang ke salah satu teman, kalau dokter yang banyak bicara itu belum tentu skill nya bagus. Dia menanggapinya salah, dan sampai sekarang aku masih sering disindir dengan dikirimin gambar-gambar atau quotes yang menyatakan kalau komunikasi itu penting. Annoying sebenernya, padahal aku udah bilang kalau maksudku bukan begitu, tapi orangnya masih aja gitu wkwkwk :p

Jadi maksudku itu, kadang ada orang yang ketika dia grogi atau resah, justru banyak omong, buat meredakan stres nya, tangannya ikut gemetaran, ngomong kesana kemari padahal ngga ditanyain. Menurut aku sih, kalau sesekali kita ngomong, yang tujuannya untuk membangun hubungan interpersonal ke pasien, atau membuat pasien merasa nyaman, itu boleh. Tapi bukan nyerocos menjelaskan detiiiil sekali tindakan yang sedang kita lakukan ke pasien. Misalnya lagi anestesi nih, kita ngomong, "Bu, jarumnya saya masukkan ya.. saya deponir ya anestesinya.. bu, sudah masuk cairannya 2 cc nih... Sakit ya bu? Sakit?"

Ada saat dimana pasien ngga perlu sadar apa yang kita lakukan, untuk tindakan-tindakan yang dirasa agak menegangkan. Tapi kita perlu memberikan penjelasan yang baik, sampai pasien paham dan bisa membayangkan kira-kira bagaimana tindakannya. Waktu aku di stase Bedah Mulut, pernah bertemu pasien dengan diagnosa epulis. Epulis termasuk pembesaran (tumor) yang tidak ada rasa sakit, kalau bagi kami paramedis, epulis tidak digolongkan sebagai tumor ganas, dan kami tau. Tapi bagi pasien yang orang awam, tidak mengerti jinak atau ganas, tentu saja resah melihat ada tonjolan besar di gusi yang sering berdarah. Hari pertama ketika pasien datang, aku dan dua orang temanku memeriksa pasien. Dari awal datang pasien sudah kelihatan cemas, dengan takut-takut menanyakan sebenarnya ada apa dengan gusinya, kenapa bisa ada benjolan besar yang tidak hilang-hilang. Setelah dilakukan foto rontgen dan menentukan diagnosa, kami menjelaskan kepada pasien tentang kemungkinan diagnosa dan rencana perawatannya. Karena diagnosanya suspect epulis granulomatosa, maka rencana perawatannya adalah eksisi, pembedahan dimana tonjolan tersebut diambil. Hari itu pasien datang sendiri diantar oleh suaminya, setelah mendapat penjelasan dari kami, pasien ijin pulang untuk menanyakan kepada anaknya bagaimana sebaiknya sekaligus ingin datang lagi dengan ditemani oleh anaknya besok. Pasienpun pulang.

Keesokan harinya, kami bertemu dengan putri pasien itu. Setelah kami jelaskan, bahkan Dosen pun ikut menjelaskan kepada pasien dan anaknya, dilakukan tes koagulasi darah dan tes lainnya untuk persiapan pengambilan epulis. Si pasien badannya agak lemas dan tampak gelisah. Kemudian putrinya cerita kalau tadi malam, si ibu menangis ._. Setelah kami jelaskan tentang penyakitnya, pasien ngga bisa membayangkan seperti apa penyakit yang dialaminya, sampai harus dioperasi. Katanya beliau kepikiran, menangis, sampai akhirnya dikuatkan oleh putrinya dengan datang bersama ke RSGM. Aku dan dua temanku langsung pingin nangis rasanya, ngelihat si pasien dengan kondisi begitu. Bahkan waktu cek koagulasi darah, pasien tampak berkaca-kaca matanya, ingin ditemani anaknya. Bagi kami yang tahu bahwa epulis ini bukan sesuatu yang berbahaya jika dirawat dari awal, mungkin operasi eksisi ini termasuk operasi kecil. Tetapi buat pasien yang tidak tahu apa-apa, mungkin akan terasa berat, apalagi harus dioperasi. "Separah itu kah penyakitku?". Sampai hari H operasi kami menemani pasien dan putrinya. Memberikan penjelasan-penjelasan ringan tentang penyakitnya, dan pasienpun lama kelamaan akhirnya mengerti. Kalau ada yang bilang, untuk merawat pasien, kita juga harus merasakan yang dirasakan pasien, kalimat itu bener banget :")

Setelah dioperasi, pasien dan anaknya ngucapin terima kasih ke kita dengan wajah yang lega. Ngga lagi resah kaya waktu pertama kali datang. Katanya, kalau mereka ada keluhan gigi, akan langsung ke RSGM dan menghubungi kami :")

Jadi dokter gigi muda, banyak yang aku pelajarin. Cerita tadi cuma satu dari beberapa cerita selama koas. Ada juga pasien yang anaknya habis kecelakaan dan dirawat reposisi rahang, setelah anaknya sembuh, beliau membawakan kami, dokter gigi muda stase Bedah Mulut, 3 kantung plastik besar kerupuk udang. Katanya itu makanan dari daerahnya, mereka berterima kasih sekali. Pernah juga aku dibawakan brownies sama pasien cabut gigi ku, katanya buat dimakan aku dan teman-teman, "Kayaknya kok capek seharian ngerjain pasien terus," katanya. Ada juga yang walaupun aku agak lama nyabut giginya, dan sempat ngga sengaja ngelakuin suatu tindakan, tapi masih mau datang lagi dan minta dicabut sama aku. Terharu sumpah :")

Ternyata, ngga ada yang lebih membahagiakan dari punya pasien-pasien yang percaya sama kita.. ;)

Minggu, 17 April 2016

Ada banyak hal yang bisa kamu berikan untuk orang lain.
Dan salah satu yang paling berharga adalah waktu.
Bagaimana bisa kamu memberikan milikmu yang tidak bisa kembali pada sembarang orang?

Rabu, 06 April 2016

The most.

The most heartbreaking moment is when you tell them what you wanna do and what you like to do in the future, and they just like "Emang kamu kira gampang kaya gitu?" "Emang kamu kuat?" "Yang penting lulus dulu sana."

Padahal dukungan dari orang-orang itu lah yang paling kita harapkan.... Sebodoh, sekonyol, dan setinggi apapun impiannya...

Sedih sekali..

Senin, 15 Februari 2016

Pernah tahu kalimat "Berada di keramaian, tapi tetap merasa sepi?"
Beberapa hari setiap bulannya aku sering merasa kaya gitu, yang ujungnya
bakalan bikin aku jadi orang diem sepanjang hari.
Bukan karena aku ansos, atau malas bergaul. Bukan.
Kadang, aku butuh waktu untuk berada di kamar sendirian, sepi, ngga diganggu.
Kadang..

Jumat, 29 Januari 2016

Stuck at the moment












Berhubung banyak yang lagi upload foto liburan mereka sebelum masuk klinik yang sudah pasti ngga ada libur lagi selain tanggal merah, akhirnya aku buka-buka laptop dan ga mau kalah upload foto liburan (Hm...) sama gengss! haha mewakili lah, walaupun sekarang lagi ngga liburan :")

Daridulu emang udah kepingin banget berangkat ke Korea. Berbagai Call for Paper aku ikutin. Beberapa diantaranya keterima, tapi ngga ada yang destinasi presentasi di Korea :") Karena alasan finansial (ke Amerika sama Alice Springs Australia cobaaaa gimana ga tekor), akhirnya batal deh presentasi disana. Padalah prosepeknya lumayan bagus. Sampai akhirnya, aku dan teman-teman cewek di foto ini sempet ikutan CISAK 2014 tapi paper kami belum berhasil lolos.

Berbekal niat dan hasrat pengen jalan-jalan ke Korea, akhirnya ikutan lagi CISAK 2015 dan paper kami diterima! Cus. Berangkat dehhhh dengan perubahan personil. Tadinya mau berangkat ber-5 aja, 4 cewek dan satu bodyguard hahaha. Tapi pacarnya Kokom menawarkan diri ikut ngejagain kami (lebih tepatnya jagain kokom sih..) dan kami malah seneng jadi ada 2 cowo yang senggaknya bisa ngelindungin kalo ada apa-apa, walaupun aku yakin kami ber-empat ini juga ga kalah seremnya..

Daaan September 2015 kemarin, berangkatlah kami ber-6 ke Seoul. Tempat yang aku pengeeeeen banget datengin gara-gara keranjingan K-Drama. Sebenernya ikutan CISAK 2016 ini obsesiku pribadi sih. Aku yang kekeuh ngajak-ngajakin temen-temen buat ikutan juga, buat nemenin liburan disana juga, dan aku berjuang mati-matian supaya kami bisa pergi, mulai dari browsing-browsing tempat-tempat dan bikin itinerary. Pokoknya harus berangkat! Haha ya gitu kalo udah menyangkut liburan... dan harus meninggalkan kegiatan klinik.

5 hari kami disana ngga kerasa banget, soalnya seharian hectic pindah tempat sana sini demi ngunjungin tempat-tempat dalam waktu singkat. Alhamdulillah aku sebagai EO dan tourguide belum pernah gagal membawa teman-teman ke tempat-tempat seru dan ngga menyesatkan haha. Dan untungnya, aku jalan-jalan sama temen-temen yang setipe: HEMAT. hahaha jadi ngga ada masalah dengan semuaaaaa ke minimalisan, mulai dari kamar hotel yang biasa aja sampai tiket pesawat promo. Mereka juga bisa diajak backpackeran, jalan-jalan cepet kesana kemari, sehari mampir ke banyak tempat, pokoknya seru. Emang salah satu syarat liburan bareng temen-temen adalah punya visi misi yang sama :")

Kangen! Banget!
Semoga kita bisa liburan bareng lagi yaaa, dengan personil yang pastinya nambah juga :3