another blogger

Jumat, 26 Januari 2018

Sedang Berjuang

Kapan hari, aku iseng ngehubungin salah satu teman yang udah lumayan lama ngga kontak. Sebenernya ngga lama-lama banget sih, tapi dia bagai hilang ngga muncul di grup manapun. Awalnya, chat ku ngga dibales. Di read pun engga. Sampai keesokan harinya dia baru bales.

"Quarter life crisis, Ra...."

Katanya, waktu aku tanya, "Kamu gapapa?"

Istilah ini belakangan sangat santer terlihat di timeline line, instagram, twitter. bisa ditebak yang ngeshare/like adalah teman-temanku sendiri yang rata-rata seumuran atau beda dikit umurnya dari aku. Hampir semua mengalami atau sedang concern dengan problem satu ini. Ngga luput juga diriku :") yang sedang dalam fase 'ngga tau apa yang dicapai, dikerjakan, diharapkan'.

Waktu koas dulu, goal ku sebagai mahasiswa pendidikan profesi adalah lulus. Tiap bangun tidur langsung kebayang apa aja yang aku lakuin hari ini, apa yang harus aku dapat hari ini, apa yang harus aku capai. Bayangan-bayangan indah setelah lulus yang berbeda 360' dari kehidupan koasku ini jadi penyemangat supaya semua ini cepet berakhir.

Tapi namanya hidup ya *sok tua banget* ngga mudah. Butuh proses untuk bisa mencapai titik yang sesuai harapan, ngga begitu lulus langsung dapet semua yang kamu mau. Dan yang paling bikin frustasi, kamu akan mulai berpikir, "Apa yang sebenarnya aku mau? Apa aku suka yang kulakukan? Apa ini yang mau aku lakuin sampai tua?"

Pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban kaya gitu kadang bikin stres. Sebut aja aku overthinking ya, tapi di setiap hari nya aku menjalani kegiatan, selalu kepikiran, "Apa ini yang bener-bener pengen aku lakuin?"

Quarter life crisis biasanya identik dengan dewasa muda yang agak kehilangan arah, semangat, tujuan hidup di usia dan fase peralihan yang cukup berat. Menurut Wikipedia, Quater Life Crisis adalah dimana orang-orang usia 20s sampai 30s berada pada fase mulai mempertanyakan hidup mereka, dipengaruhi stres dalam menjadi orang dewasa.

Terus... kudu gimana kalau udah terjebak dalam situasi ini? Aku sendiri juga bingung, mikirin gimana caranya bisa keluar dari jebakan, bisa lebih tenang tiap bangun pagi, ada sesuatu yang aku tuju.

Sebagai dokter gigi, sebelum lulus pun aku selalu ngebayangin diriku praktek, mendedikasikan diriku untuk praktek. Tapi setelah jadi dokter gigi, aku mulai bertanya-tanya, apakah aku suka praktek? Kalau cuma sekedar ngga passion aja sih ngga apa ya, tapi gimana kalau sampai membawa kerugian untuk orang lain? Sedangkan kami di sumpah untuk selalu memberikan yang terbaik.

Dari segitu banyak postingan quarter life crisis yang dilike atau di share teman-teman, ada satu yang menarik perhatian: IKIGAI. Sebuah konsep yang dianut orang-orang Jepang dalam menjalani hidupnya supaya lebih berarti. "A reason for being". Dimana konsep ini berpacu pada 4 aspek: Apa yang kamu sukai, apa yang dibutuhkan dunia, apa yang kamu kuasai, dan apa yang bisa kamu lakukan dan itu dibayar. Dengan menganut konsep ini, diyakini hidup akan lebih bermakna. Untuk selengkapnya tentang Ikigai, bisa kepo sendiri ya di internet hahaha.




Aku mulai menerapkan konsep IKIGAI ini, dari hal yang paling sederhana. Memilih mengerjakan sesuatu yang aku suka lebih dulu. Misalnya suatu hari aku dapat tawaran 2 kegiatan, aku pasti milih yang aku excited buat ngelakuinnya. Karena buat aku, mood dan yang aku rasain itu yang terpenting HAHAHA. Aku sering banget minta tolong digantiin jaga sama temen, sampai-sampai beberapa temen nanya, "Kamu kemana sih kok sering bolos praktek?" well..... aku memilih buat melakukan kegiatan lain yang masuk dalam konsep IKIGAI tadi (aku suka, aku bisa, aku dibayar, dan dibutuhkan dunia). Walaupun ngga jarang juga sih aku minta tolong digantikan jaga buat sekedar liburan atau istirahat karena ngga mood wkwkwk *plis jangan dicontoh* 😂

Waktu itu aku ada kesempatan buat kerja di Rumah Sakit diluar kota. Buat banyak orang, itu adalah suatu kesempatan besar yang ngga untuk disia-sia kan. Tapi buat aku, itu adalah kegalauan besar. Apa aku suka praktek? Apa aku siap dengan segala peraturan yang ada? Apa aku bisa bertahan? Apa aku ini apa aku itu... penuh pertanyaan deh di benakku. Akhirnya, aku melepas kesempatan itu, karena aku ngga yakin bisa suka dan senang dalam mengerjakannya. Kalau kata orang-orang, awalnya emang berat, lama-lama nanti jadi suka. Jangan belom apa-apa udah menyerah. Sebenernya lebih ke bukan belom apa-apa udah menyerah sih. Aku pengen bekerja dengan 'cerdas' aja. Apa yang aku suka, apa yang aku kuasai, digaji, dan dibutuhkan orang. Kalau ada kesempatan lain di Surabaya dan sesuai dengan 4 aspek itu, kenapa aku ngga stay aja?

Kalau kata ibu, masih terlalu cepat buat bilang "ini bukan passionku," atau "aku kok cenderung ngga pengen jadi praktisi ya.." karena hitungannya, aku belom ada satu tahun nih jadi Dokter Gigi, masih banyak yang belum aku explore. Makanya, aku akan pelan-pelan menjalaninya, aku harus mencari nikmatnya praktek sambil mencari-cari apa yang sebenernya pengen aku lakuin. Daripada pas mau praktek, aku dihantui perasaan ngga enak, mending hari itu off. Menikmati prosesnya. Aku harus dapet 'nikmatnya' praktek. Berdoa, bersyukur atas apa yang diterima sekarang, dan supaya selalu ditunjukkan yang terbaik.

Jadi, bukan berarti aku nggak suka praktek atau mengerjakan pasien yaa. Banyak juga waktu-waktu aku menikmati praktek. Ketemu orang-orang baru. Ngelihat pasien ngerasa puas setelah perawatan. Aku ngerasa senang mengerjakan perawatan-perawatan tertentu. Bahkan, ngerjain pasien bisa jadi salah satu moodbooster. Tapi, ada kalanya juga aku ngerasa down, atau butuh off. Waktu yang kaya gitulah aku tau aku butuh rehat sejenak, melakukan hal lain yang bisa bikin aku semangat lagi.

Buat teman-teman yang sedang mengalami situasi yang sama denganku, tetap bersabar ya :") ngga mudah emang, apalagi kalau banyak keterbatasan kondisi. Tapi, semua pasti ada jalan dan waktunya. Aku pernah baca satu quotes menghadapi QLC ini. Caranya adalah: berhenti sejenak, tutup mata, tarik nafas, pergi liburan! Solutif. Paling enggak, pergi makan makanan enak atau nonton film uda lumayan meningkatkan mood :") *kalo aku sih* untungnya, walaupun gampang kehilangan semangat, aku juga gampang dapet semangat lagi.... abis keisi lagi energi semangatnya, lanjut kerja lagi! Jangan liburan lama-lama 😂😂

Nikmati proses pencarian ini. Kalau belum ada yang sesuai dengan konsep tadi, yauda tetap kerjakan yang biasanya kamu kerjakan, jangan sampai berhenti bekerja, atau keterusan gara-gara alasan "Aku ngga suka" dan memilih santai-santai di rumah karena itu yang kamu suka *bawa biskuat*. Kalau kaya gitu mah, sama aja ga ada artinya kamu hidup.......... Nikmati prosesnya, perbanyak ibadah dan doa, sambil mencari tujuan. Aku ngomong gini bukan berarti aku udah berhasil lepas dari QLC, tapi aku juga sedang menyemangati diri sendiri dengan nulis semua yang pengen aku dengar buat aku dari orang lain. Sama-sama berjuang ya! Bismillah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar