Dira buru-buru mengambil handuknya dan masuk ke kamar mandi. hari ini, ia akan pergi bersama neneknya ke suatu tempat. Sampai di kamar mandi, ternyata ia lupa menyiapkan segala keperluannya untuk dibawa pergi nanti, padahal ibunya sudah mengingatkan.
"Diraaaaaaaaaaa ayo cepetan!" teriak nenek Dira dari arah ruang tamu. Sepertinya memang sudah terburu-buru.
"Iyaa sebentar," jawab Dira. Ia pun melanjutkan kegiatan menggosok giginya. Namun sepertinya nenek Dira tidak mendengar jawaban cucunya, maka beliau memutuskan untuk memanggilnya sekali lagi dengan nada lebih tinggi.
Hal itu membuat Dira bete berat. Moodnya langsung turun, dengan nada tinggi juga ia membalas, "IYA IYA!!!!" lalu mempercepat gosokan giginya.
Sudah buru-buru, dibikin bete, yaudah tinggal aja dong nggak usah nungguin Dira, batin Dira dalam hati. Setelah selesai mandi, ia langsung menuju kamar untuk sisiran.
"Diraaaaa" suara ibu Dira terdengar dari arah ruang tamu. Aduh apalagi sih?! Sabar dikit dong! Ini aku juga udah cepat-cepat!! Batin Dira. Ia pikir ibunya juga menyuruhnya cepat-cepat, dan itu membuatnya makin bete, "Apaa?!!!!" jawabnya dengan nada yang tinggi dan sedikit marah.
Ibu Dira masuk ke kamar Dira, melihat putrinya yang berwajah bete, beliau bertanya, "kamu kenapa sih kok marah-marah?" nadanya tampak kecewa dengan jawaban Dira yang sedikit menyentak tadi.
Dira menoleh ke arah ibunya, "enggak kok nggak marah," tapi tentu saja berlainan dengan raut wajahnya yang menunjukan bahwa dia BETE BERAT
Ibu Dira menghela nafas, lalu berbicara lembut "hapenya titipkan nenek saja nanti, banyak orang lho," sambil berlalu keluar.
Aduh apa sih yang barusan aku katain?! Aku nyakitin hati ibu! Tapi gimana lagi, aku lagi bete. Ibu juga nggak mau bantuin aku sih. Dira mengeluh dalam hati. Tapi tiba-tiba ia melihat sebuah tas di belakangnya. Setelah ia buka, ternyata perlengkapan yang di butuhkan Dira sudah disiapkan di dalam tas itu. Padahal ia belum menyiapkannya sama sekali, lalu siapa yang......
pasti ibu. gumam Dira. Ia jadi merasa menyesal telah berkata kasar pada ibunya tadi. Kemudian dengan rasa menyesal, ditambah lagi rasa gengsinya untuk meminta maaf. Ia hanya mencium tangan ibunya dan berpamitan pergi.
"Oh iya," Dira kemudian menghentikan langkahnya mendengar ucapan ibu Dira, "itu sudah ibu siapkan makanan tadi. Makan di jalan, pasti tadi belum makan kan?"
Dira kemudian menitikan air matanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar