another blogger

Rabu, 14 Juli 2010

iseng

Dia teman sekelasku. Cantik, bahkan sangat manis. Tapi dia pendiam. Bicara seperlunya, juga tampak serius.
'dia cantik, tapi rada sombong dan judes ya,' kebanyakan orang berkata begitu. Tapi yah, bagaimana ya. Dia lalu menoleh ke arahku, 'pulang yuk,' katanya sambil tersenyum lebar, manis sekali. Enggak kok, dia nggak sombong, mereka hanya perlu lebih dekat dengannya ;)

Hobinya membaca buku, jika kalian menanyakan sebuah judul buku, maka dia akan bercerita panjang lebar tentang isinya, juga pendapatnya tentang buku itu. Mungkin, tidak ada buku yang belum dibacanya. Sangat seru dan asyik berbicara dengannya. Tapi seperti yang kubilang, dia hanya kurang terbuka. Selalu tersenyum, dan tampak ceria seakan tak punya masalah di depan teman temannya.

Gadis tegar kedua setelah ibuku. Tetap bisa tersenyum saat bersedih. Menyemangati lawannya dalam kompetisi. Dan bahkan mampu berkata 'berjuanglah' pada saat harusnya dia yang disemangati. Semua tahu itu berat, dan hanya dia yang masih bisa berkata demikian sambil tersenyum lepas.

Saat yang lain tidak sabar mengantri tiket bioskop, tanpa mengeluh sedikitpun dia tetap mengantri. Seakan pekerjaan itu adalah yang paling menyenangkan di dunia.
Saat ad yang tidak tepat waktu saat janjian, dia tetap menyambutnya dengan senyum, padahal yang lain mengomel karena lelah menunggu.

Dia tidak bisa ditebak. Hampir tidak pernah berkeluh kesah di depan temannya. Tapi suatu ketika, aku mendapatinya menyeka air mata di kelas. Ku ajak dia menginap di rumahku, kemudian kupaksa untuk bercerita. Dia hanya menangis, terus menangis, dan itu cukup menjadi jawaban pertanyaanku bahwa masalahnya sangat besar dan tidak bisa dikatakan pada siapapun. Aku memeluknya, hanya bisa menghibur, dan membesarkan hatinya. Setelah itu, dia berlutut (tentu saja dia tidak benar2 berlutut) memohon agar aku tidak mengatakan pada teman2 bahwa dia sedang susah, tak mau membuat yg lain khawatir. Dia juga minta maaf karena melibatkanku . 'terima kasih mau mendengarkan aku,' katanya, lagi2 dengan senyum lebar dan termanis sedunia.

Benar saja, esoknya dia tetap ceria seakan tidak terjadi apa-apa. Dia selalu dengan sabar mendengarkan keluh kesah konyol kami. Walaupun sebenarnya dia yang lebih menderita. 'syukuri saja, selagi masih disini, bersyukurlah sebanyak banyaknya!' itu mantra sihirnya. Sangat bijaksana. Aku menghela nafas sambil tersenyum kecil. Dasar. Kenapa sih ada orang yang begitu tabah seperti dia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar