another blogger

Jumat, 09 Juli 2010

Sebuah Surat dari kami

Kepada yang kami hormati,
Tuan Yang Bijak


Tuan yang bijak,
Apa kabar? Kami harap anda tetap sehat agar bisa terus membawa kami menuju kebahagiaan.
Tuan, terima kasih atas segala upayamu selama ini untuk kami, bagaimanapun, anda telah berusaha. Kami tahu, walau tidak semua orang berpikiran yg sama seperti kami. Menjadi seorang pemimpin tentu saja berat, ayah kami saja pernah mengeluh bagaimana susahnya mengatur dua anak dan satu istri, apalagi jika melihat anda, tuan yang bijak, harus mengatur ratusan juta warga yang tiap hari menuntut haknya padahal kewajibannya sendiri tidak dilaksanakan. Belum lagi mengurusi orang2 licik berkedok orang penting dengan mengenakan jas dan dasi yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Tapi itu semua sudah menjadi tugas anda, tuan yang bijak. Jangan menyerah! Hutan selalu menyediakan jalan bagi mereka yg tersesat di dalamnya. Begitupula masalah2 ini, selamat datang di labirin kehidupan.

Tuan,
Kalau boleh kami berkata, mengapa uluran tangan anda tidak terjangkau? Sampai kapan kami harus terus menunggu? Kami tahu kami sedang menuntut, tidak berbeda dengan yang lain, tapi kami tentu saja ingin melaksanakan kewajiban kami sebelumnya. Sekolah. Kampung ilmu. Ibu kami selalu berkata bahwa untuk pintar selalu mahal. Tetapi kata-kata itu tidak menyurutkan semangat kami untuk menghafal perkalian, mengenal aljabar, dan bersahabat dengan logaritma. Kami senang bisa memenuhi kewajiban kami, karena banyak sekali hak-hak yang akan kami tuntut di kemudian hari, tentu saja setelah kami berhasil jadi 'seseorang' dan membuktikan bahwa inilah kami, keberadaan kami, lihatlah kami! Kami ingin bersekolah, tapi apa daya, pekerjaan demi pekerjaan terus memanggil kami. Kami tahu kami tidak boleh memikirkan diri sendiri hanya karena ingin sekolah. Bagaimana dengan adik adik kami yang butuh makan? Maka, tanpa disuruhpun kami langsung berusaha mendapatkan makanan. Di sela-sela kesibukan yang tentu saja berbeda dengan kesibukan anda dan orang-orang di gedung besar itu, kami belajar. Kami membaca kertas penuh informasi yang tertulis tanggalan lama. Tidak apa, kami mendapat banyak sekali informasi dari sana. Kami berusaha belajar menulis, berusaha memahami sedikit demi sedikit hal-hal menarik yang disebut ilmu pengetahuan tersebut. Tidak masalah tanpa guru, yang penting semangat dan niat kami tidak kalah dengan anak-anak lainnya.

kata orang jika kami berpendidikan tinggi, maka gudang uang paman gober siap menanti untuk kami miliki. Karena itu kami berusaha belajar, agar suatu saat dapat membelikan orang tua kami sebuah rumah yang setidaknya layak untuk kami tempati tidak seperti rumah beratapkan langit malam. Kami akan berusaha tuan, tunggulah kami sampai kami bisa menghadap anda dan mengantarkan surat ini. Kami bisa berusaha, anda pasti lebih bisa lagi. Kami percaya, walau tidak banyak yang seperti itu.

Tuan yang bijak,
saat ini kami tidak butuh apa apa,tidak ingin menambah beban anda, tapi ulurkan tangan anda lebih panjang, agar kami bisa merasakan bahwa dunia tidak sekejam pemikiran kami. Mudah-mudahan anda tidak lelah, karena ini adalah tugas anda. Harapan harapan kami, kami titipkan di pundak anda tuan. Teruslah bersemangat, jangan menyerah tuan! Kami mendukungmu selalu!

Terima kasih

3 komentar:

  1. copas darimana ini?haha

    BalasHapus
  2. oh gak seh ini kan yg tk ajari ke km kmrn mlm seh.haha maaf2 ak lupa.

    BalasHapus