Hahaha!
Kelewatan sehari gara-gara berencana nulis postingan setelah pulang klinik biar bisa agak lama cerita tema postingan kali ini. Eh ternyata sampai rumah udah malem banget dan ketiduran haha.
Current relationship ya....
Jadi udah 515 hari ini ditemani oleh partner saya, si mas. Menurutku itu bukan waktu yang sebentar, dari yang sebelumnya, ini yang paling lama haha. Padahal aku orangnya nyebelin kaya gini tapi si mas bisa bertahan bahkan lebih dari 100 hari. Selamat, mas!
515 hari akhirnya mulai dihitung setelah sekian lama kita deket, dengan ketidakjelasan yang berlangsung lama itu, bahkan sempet sama-sama memutuskan menyerah. Tapi ujung-ujungnya ya balik lagi, walaupun sampai sekarang aku masih belum nemu jawaban yang pas untuk pertanyaan, "Kenapa dia?" Ngga ada jawabannya. Yaa.... soalnya dia.
Masih inget gimana super-duper-jaim nya dulu pas awal-awal 515 hari nya dimulai. Gimana aku berusaha bikin impression yang baik, pencitraan aku yang super girly, selalu tersenyum, selalu ceria wkwk dan lama-lama capek sendiri. Dulu inget banget gimana tiap ketemu selalu mencoba cari topik pembicaraan yang seru, saling bikin satu sama lain terkesan. Sekarang, bisa lhoo pas berhenti buat nongkrong gitu, pada diem-dieman yang cukup lama. Sibuk sendiri-sendiri, tapi rasanya kaya udah biasa, dengan dia ada di sebelahku. Relationship goal: when you feel comfortable in the silence when you're together.
515 hari bukan waktu yang lama buat akhirnya sama-sama saling ngelepas topeng. Aku bilang gini kenapa, karena setelah agak lama jalan bareng, ternyata si mas ini orangnya beda sama yang aku kenal sebelumnya haha. Mungkin dia juga berpikir hal yang sama. Kemana aku yang girly dan selalu tersenyum ini setelah 515 hari? haha.. Tapi katanya, 'it' grows while you're getting to know each other. Indeed. Apalagi kamu harus bisa sama-sama bertahan dengan sifat yang beda. Atau justru sifatnya sama, makanya ribut mulu .__.
Aku belajar banyak, dan salah satu yang penting adalah: menghargai setiap (hal kecil) apa yang orang lain lakuin buat kamu. Kebetulan banget aku nulis postingan ini tepat setelah ada kejadian. Bisa dibilang aku orang yang ego nya tinggi, gengsian, dan anti-penolakan. Karena sifat-sifat jelekku itu, ngga jarang aku marah-marah sendiri, ngambek sendiri, atau malah balik dimarahin. Sejujurnya, aku paling ngga suka ketika kamu bilang yang kamu rasain, tapi ngga ada effort buat memperbaiki atau melakukan sesuatu. Kesannya cuma omong doang. Padahal aku merasa aku orang yang selalu ngelakuin sesuatu dengan usaha yang lebih. Aku merasanya sih begitu. Padahal kadang, kamu ngga melihat usaha dia, karena kamu mengharapkan usaha yang lebih besar.
Setelah aku marah-marah karena ngerasa dia ngga ada usaha, aku selalu telat sadar bahwa ada hal-hal kecil yang ngga keliatan olehku, yang ternyata diusahakan sama dia, dan udah terlanjur ngutarain gimana kecewanya aku. Bukannya justru, harusnya dia yang lebih kecewa karena usahanya ngga dihargai? Tiap orang ngelakuin sesuatu, ada beberapa hal yang dia korbankan. Aku ngelupain itu. Aku mau pengorbanan yang lebih besar. Yang tampak mata. Padahal aku ngga tau, bahwa yang namanya berkorban -ada yang dikorbankan, pasti ngga mudah. Sekecil apapun pengorbanan yang dilakukan.
Menghargai yang orang lakuin buat kamu itu penting. Apalagi kamu juga pingin kan pastinya pengorbananmu dihargai. Aku belum sampai pada tahap dimana bisa menerima atau considerate tentang hal ini sih, makanya selalu telat sadarnya, belum bisa jadi yang wise, belum bisa jadi yang pengertian. Hehe. Tapi aku pengen jadi yang bisa menghargai setiap apa yang orang lakuin buat aku. Kayanya bahagia kalau bisa hidup kaya gitu, tanpa dibebani rasa pengharapan yang tinggi.
Semoga di 515++ hari berikutnya, aku ataupun si mas sama-sama bisa jadi lebih baik lagi. Oh iya, besok si mas mulai ujian kompetensi dokter gigi nih, mohon doanya ya teman-teman! Semangat mas!
The discussion is not boring article and blog is also very interesting to visit
BalasHapus___________________
Porta Menu' per Ristorante