another blogger

Kamis, 21 September 2017

Malam Kamis Bersama Dhea


Sedari sore sampe hampir isya, aku chat sama Dhea yang selalu ujunh-ujungnya adalah membahas kehidupan. Saling sharing kesimpulan yang diambil dari pengalaman hidup teman-teman kita. Dan sore tadi aku baru sadar, kalo kami (aku dan dhea) sok banget ngomong-ngomong begitua , membuat spekulasi-spekulasi padahal kami berdua sama-sama jomblo wkwkwkw :))) komentar-komentar kami uda kaya expert di bidangnya aja. Bahkan Dhea yg jomblo kongenital (gimana nih dhe) bisa menelurkan petuah-petuah hidup mencari pasangan :))) Semua berdasarkan pengalaman teman-teman kami yang suka curhat kisah mereka. Pengalaman adalah guru terbaik kan?

Tiap kali kumpul sama temen-temen, topik bahasan yang hot adalah ya soal ini. Bahkan ketika kumpul sama temen cowok, mereka juga memikirkan hal yang sama. Sampe nanya-nanya tentang "Lamaran kira-kira butuh biaya berapa sih?" Hahaha. Teman-teman kebanyakan yang terpatok dengan "Udah 23-24 tahun" dan galau. Sebagai penganut aliran santai, 23 tahun sampai 3 tahun ke depan adalah waktunya mengasah diri :") Jadi, kalau belum 26 tahun, ngga usah galau dulu. Aliranku......

Karena sering sharing sama teman-teman yang sudah atau akan menikah, aku jadi berpikir kalau untuk sampai di fase 'siap menikah' itu ngga mudah. Banyak yang harus disiapkan. Banyak yang dipikirkan, ya walaupun kalau nunggu siap, kita ngga bakal siap-siap sih. Tapi senggaknya kita punya pegangan lah. Karena nikah itu ngga main-main, ngga bisa putus seenaknya dengan alasan 'udah ngga cocok lagi'. Butuh banyak berdoa dan yakin sama orang. Yang mana, aku belum sampai di fase itu. Entahlah ya, aku bener-bener aliran santai. Senggaknya santai sampai umurku 26 tahun hahaha. Gara-gara didoktrin sama ibu yang selalu cerita beliau menikah umur 27 tahun.

Banyak teman-teman yang menikah di usia muda. Banyak juga yang memutuskan buat sekolah lagi, memperdalam ilmu, meningkatkan kualitas diri dulu dengan menunda pernikahan. Ada juga yang self-oriented. Semuanya pilihan. Dan masing-masing punya kepuasan tersendiri dengan pilihannya. Semua tentu ada yang dikorbankan. Salah satunya adalah waktu. Teman-teman yang udah menikah, sekarang ngga hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga mikirin suaminya. Yang mana waktu main bareng teman-teman pasti sangat terbatas. Tapi disisi lain, mereka punya kebahagiaan lain yang ngga dirasakan oleh teman-teman yang masih sendiri. Teman-teman yang giat meningkatkan kualitas diri juga gitu, sibuk sendiri, akhirnya kesepian, tapi dia punya kepuasan hati dalam pencapaiannya. Semua punya kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan ngga ada yang salah dengan rencana tiap orang yang berbeda-beda. Karena kita berpegang pada prinsip yang juga beda. Buat apa melakukan sesuatu yang ngga nyaman, yang ngga sejajar dengan prinsip kita, hanya buat memenuhi ekspektasi orang? Atau mengikuti gaya hidup masyarakat. Banyak yang nikah muda, pada pengen nikah muda, tapi apa persiapannya sudah mantap? Apa sudah siap? Siapapun pengen lah menikah, kalau sudah siap.

Jadi, jangan berkecil hati kalau jalanmu dan jalan orang-orang di sekitarmu berbeda. Semua ada waktunya sendiri-sendiri. Aku sama Dhea nih walaupun suka mengeluh "Kapan ada yang nemenin kesana kemari," tapi tetap menikmati kesendirian ini *eaeaeaea* Seperti yang aku bilang, kamu jadi punya banyak waktu ngelakuin hal-hal lainnya. Berteman dengan banyak orang, kenalan dengan orang-orang baru, memperluas koneksi, update ilmu baru. Bukan berarti yang udah punya pasangan ngga bisa kaya gini juga sih.. cuma... ya nikmati waktu mandiri mu lah *ini bukan menghibur diri*

Selalu bersyukur dengan apa yang diberikan. Banyak berdoa supaya dikasih yang terbaik. Karena ngga ada yang lebih baik lagi daripada rencanaNya ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar