another blogger

Rabu, 27 Desember 2017

A Slap

Udah agak lama sih, sempet lihat ada postingan video yang menampilkan jawaban orang Jepang ketika ditanya sesuatu. Judul postingannya super clickbait, tapi untung isinya berfaedah haha (jadi ketauan aku suka bukain link-link clickbait........). Aku nyari-nyari postingan dan videonya ngga nemu-nemu nih.

Dalam video tersebut, ada orang Indonesia yang entah sekolah atau lagi jalan-jalan di Jepang, ditemenin sama seorang teman yang emang penduduk Jepang. Suatu ketika, mereka mau nyebrang jalan nih. Kondisinya waktu itu lampu lalu lintas untuk penyebrang jalan masih menunjukkan warna merah, yang artinya kita ngga seharusnya menyebrang. Tapi, saat itu ngga ada kendaraan yang lewat sama sekali, kosong, sepi. Kalau di Indonesia, keadaan kaya gini langsung dipakai orang-orang buat nyebrang. Asal aman ngga ada kendaraan, walaupun lampunya masih merah. Tapi, si orang Jepang ini beda, dia berdiri di pinggir jalan, nunggu sampai lampunya berubah jadi hijau.

"Ayo nyebrang.." si orang Indo ini ngajak temennya buat nyebrang waktu lagi ngga ada kendaraan.
"Tunggu sebentar, masih merah.." temennya ini menolak.
"Tapi kan sepi, ngga ada kendaraan yang lewat."
"Iya, tapi gimana nanti kalau ada anak kecil yang lihat kita nyebrang waktu lampu penyebrangan masih merah?"
*intinya kaya gitu sih*

Daaaaaaaaan ini menampar wajah banget. Bahwa mindset orang Jepang sudah bukan 'needs' atau 'safety' lagi, tapi udah di tahap 'education'. Dimana banyak orang Indo yang masih ditahap kebutuhan diri dan keamanan. Bisa yaa mikir kaya gitu :") Mereka cemas kalau ada anak kecil yang melihat, nanti akan meniru. Orang-orang dewasa harus bisa jadi contoh yang baik buat generasi penerusnya.

Sedangkan di Indonesia, pola pikirnya masih belum sampai kesana. Sering kan kita lihat misalnya ada sekeluarga boncengan naik motor bertiga (ibu-bapak-anak), karena sedari kecil sudah dibiasakan seperti itu, ngga menutup kemungkinan nanti kalau si anak sudah berkeluarga, akan melakukan hal yang sama. Padahal kan, sejatinya motor hanya diisi dua orang. Atau waktu berkendara naik mobil, menerobos lampu merah, melanggar rambu-rambu dan marka jalan, kalau sambil bawa anak, kemungkinan nanti waktu dewasa si anak juga menganggap remeh aturan di jalan.

Yang krusial dan berhubungan dengan isu panas di Indonesia jaman now adalah rasisme. Pernah tau ada artikel juga, yang menceritakan seorang anak SD kelas 1 bisa ngomong, "Kamu kan Cina.." atau "Kamu kan Kristen.." atau "Kamu Islam? Katanya yang ngebom itu orang Islam.." yang dari siapa lagi dia belajar kalau bukan dari keluarganya (atau orang terdekat di lingkungannya), yang sering bicara demikian di depan si anak. Bahwa yang mengajari pola pikir membeda-bedakan orang berdasarkan ras dan agama, secara ngga langsung adalah orangtua atau orang terdekat si anak. Sedih banget rasanya baca artikel ini.. Berarti kan, kita udah didoktrin untuk berpikir bahwa ada 'perbedaan' bahkan sedari kecil.

Anak kecil itu banyak meniru, mengikuti perilaku orang dewasa di sekitarnya. Seperti apa nanti anakmu tumbuh, kamu sebagai orangtua menurutku bertanggung jawab atas itu. Jangan tiba-tiba menyalahkan kalau nantinya ada perilaku yang ngga pantas menurutmu, inget ngga dulu kamu mencontohkan apa?

Kayanya memang ngga bisa dibandingkan ya, pola pikir kita sama orang Jepang yang notabene adalah penduduk negara yang lebih maju daripada Indonesia. Karena disini, orang-orang masih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, maka gimana caranya memenuhi itu dulu. Kalau satu keluarga hanya punya satu motor misalnya, ya gimana caranya supaya mereka bisa jalan-jalan bertiga. Ketika terjebak macet, panas, dan ngga mau nunggu, ya mereka langsung naik ke trotoar supaya lebih cepat, atau melawan arus jalan kalau buat yang naik mobil. Belum sampai terpikir gimana kalau nanti anak-anak mencontoh.

Nggak semua orang Indonesia seperti itu sih, yang berusaha jadi teladan yang baik juga banyak, cuma kebiasaan-kebiasaan seperti ini sudah mendarah daging, kaya kita terbiasa meremehkan hal-hal kecil yang padahal dampaknya luar biasa. Kaya buang sampah, kalau ngga nemu tempat sampah, orang-orang akan cenderung membuang sembarangan. Padahal kan bisa disimpan dulu tuh sampahnya, dipegang sampai dapat tempat sampah.

Bukan aku mau menggurui atau menjudge ya, aku pun juga sering berorientasi dengan 'needs' tadi. Tapi, aku selalu berusaha ngga menyalahi aturan, atau berperilaku yang baik. Di rumah pun juga diajarinnya seperti itu. Misalnya dianter oleh orang rumah naik motor, ke tempat yang jaraknya cuma 2 gang misalnya, ya harus pakai helm. Atau waktu naik mobil, dan lampu penyebrangan warnanya hijau, aku harus berhenti, dan baru boleh jalan lagi ketika lampunya udah merah, bukan ketika udah nggak ada lagi orang yang menyebrang. Aku berusaha sepatuh mungkin sama aturan....... berharap orang lain pun berpikir demikian. Sekali lagi aku menekankan, kalau aku juga masih berusaha ya, ngga menjudge orang-orang yang tidak berupaya serupa, atau menganggap orang lain remeh karena ngga melakukan hal-hal yang sama. Gimana lagi, udah lewat dan kejadian juga... yang penting kan ada niat buat berubah ke arah lebih baik. Yuk kita sama-sama berbenah diri, saling mengingatkan untuk ngga meremehkan aturan. Jangan lagi berpikir kalau "aturan ada untuk dilanggar". Mari jadi generasi milenial yang ngga cuma bisa update status.

Semoga dengan postingan ini bisa lebih membuka mata kita semua ya, buat menjadi lebih baik lagi. Aku termotivasi lho, selain jadi orang yang lebih baik, juga jadi ibu yang baik nantinya. Berusaha jadi ibu yang patut dicontoh, berusaha jadi ibu yang baik buat anak-anakmu kelak *cieh ciehh*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar