another blogger

Kamis, 18 Januari 2018

another note to my self

"Keterbatasan tidak membuat nyala dalam diri istriku untuk meraih impiannya padam. Kadang itu menjadi pelecut untuk terus-menerus melawan ketidakmungkinan.."

Pagi ini, aku baca postingan facebook (Iya, aku masih suka bukain facebook....) suami seorang teman seangkatan yang isinya nyeritain tentang perjuangan istrinya dalam menempuh dan menyelesaikan studi di FKG yang kalau orang tau, sangat ngga mudah *curhat dikit*

Temanku ini, adalah orang pertama yang akan mengangkat tangannya pada kuliah Filsafat saat dosen bertanya, "Mengerti? Ada yang mau ditanyakan?" Disaat yang lain (termasuk aku) ngga tau apa yang mau ditanyakan. Orang yang selalu duduk di bangku deretan depan, memastikan dirinya menerima materi kuliah dengan baik.

Kami semua tau, kalau temanku ini adalah seorang teman yang pandai, ngga mudah menyerah, semangat, dan haus ilmu. Penerima beasiswa bidik misi, tapi aku ngga tau keterbatasannya. Karena ngga terlalu dekat, aku ngga tau bagaimana kisahnya, ceritanya dalam menjalani kehidupan lubang buaya (apa cuma aku yang ngga tau ya...). Setelah membaca cerita suaminya, aku jadi terenyuh. Berasa dipukul palu godam kalo kata orang-orang, malu karena terlalu banyak mengeluh, ngga bersyukur, ngga mau berusaha, padahal aku ngga menjalani kehidupan klinik dalam keadaan yang sama kaya temanku ini.

Dia ngga pernah menunjukkan keadaannya yang terbatas itu. Mungkin karena ngga terlalu dekat itu tadi ya, dia ngga pernah terlihat minta bantuan. Tapi beberapa kali aku sempat kerja pasien bareng dia, paling kuinget waktu dapet pembimbing Orto yang sama. Pas aku mogok gara-gara pembimbing yang tidak sebaik yang dikira, dia terus maju, ngga peduli apa kata orang. Waktu ngerjain stase lain juga gitu.. aku tau rasanya ketika kamu butuh pasien, tapi ngga bisa "pesan" pasien untuk dikerjakan, seperti teman-teman lainnya. Mau nggak mau harus nyari pasien sendiri. Untungnya aku punya banyak teman di Surabaya yang bisa dimintain tolong jadi pasien. Teman SMP, SMA, SD. Gimana dengan dia yang adalah seorang pendatang dari kota lain? Yang teman-teman SD, SMP, SMA nya ada di kota lain?

Alhamdulillah, dia ketemu sama suami yang baik. Waktu nikahan dia, aku sama Hillary menyempatkan datang ke Kediri. Ketemu sama suaminya juga, tapi udah lupa wajahnya wkwk. Beruntung ketemu orang yang menerima apa adanya, yang mau berjuang bareng, mendukung. Kalo baca komen-komen di postingan tersebut, si suami bilang bahwa dialah orang yang beruntung tersebut, bukan istrinya. Orang baik emang untuk orang baik juga ya...

Jangan berkecil hati atas kekurangan dan keterbatasan. Jangan terlena atas serba-terpenuhinya-kebutuhan. Selalu bersyukur atas apapun yang diterima *another note to my self*

Selamat atas gelar barunya!
Semoga jadi dokter gigi yang baik, bermanfaat untuk banyak orang. Bahagia selalu :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar